Pada Oktober 2019, CEO Tokopedia Patrick Cao bilang ke Dealstreetasia bahwa perusahaannya memiliki “unit bisnis ekonomi dengan kualitas tertinggi di antara perusahaan e-commerce” di Indonesia sejauh ini. Ia juga menegaskan kembali bahwa perusahaannya fokus melayani pasar Indonesia.
Sekarang di tahun 2021, peristiwa Tokopedia merger dengan Gojek, mendorong Co-CEO Gojek Andre Soelistyo untuk mengatakan,
“Kreasi ekosistem yang kami ciptakan di Indonesia akan disajikan di pasar internasional, jadi, ini pertanyaannya soal kapan, bukan soal jika”.
Kedengarannya jelas bertentangan dengan fokus yang dinyatakan Tokopedia.
Dear reader, mohon maafkan saya mempromosikan diri, karena saya hendak menautkan Anda ke video saya yang membahas potensi penggabungan Grab, Gojek, dan Tokopedia dari Januari 2021 yang lalu.
Secara singkat, Gojek ibaratnya seperti pelamar yang sedang merayu Grab dan Tokopedia pada saat itu. Kedua perusahaan ride-hailing tersebut aktif di banyak pasar Asia Tenggara, dan bersaing dengan ketat. Hampir setiap transaksi datang dalam bentuk diskon yang bermacam-macam. Ini bukan cara yang berkelanjutan untuk membangun bisnis.
Persaingan harga di sini begitu parah sehingga Uber sempat datang sejenak dan langsung meninggalkan pasar Asia Tenggara. Jika perusahaan ride-hailing terbesar dan terkaya di dunia saja tidak tahan panasnya pasar Asia Tenggara, situasi ini pasti lebih keras daripada sengatan matahari tropis.
Gojek tidak segan-segan saat mencari merger atau listing pasar saham. Pada saat itu, saya menyimpulkan bahwa mereka akan mengambil deal yang buruk karena tekanan yang mereka hadapi di persaingan yang ketat.
Grab sudah ada di Indonesia dan tampaknya berjalan dengan baik. Gojek dapat melihat bahwa jika semua berlanjut seperti ini, mereka akan berada dalam masalah, dan dengan demikian dengan cerdas memutuskan untuk mencari merger atau listing.
Tidak mengherankan, mereka sekarang telah mengumumkan merger dengan Tokopedia, dan menemukan sejumlah “keamanan sementara”. Ini bersifat sementara karena bahkan sekarang, President baru di grup, Patrick Cao sedang berbicara tentang menargetkan listing di pasar saham pada akhir tahun.
Saya hendak menawarkan sebuah pemikiran; Jadi, selama tahun pertama pandemi, perusahaan seperti Zoom dan Amazon melihat saham mereka melesat langsung ke bintang-bintang. Menurut blog Life at Tokopedia, Tokopedia juga melihat jumlah pesanan dan pembelian produk tertinggi yang pernah dilihatnya.
- Dengan tahun terbaik yang pernah mereka genggam, apakah Tokopedia merasakan tekanan untuk merger dengan perusahaan yang sama sekali berbeda dengan mereka?
- Dengan tahun terbaik mereka, mereka dapat mengumpulkan lebih banyak dana atau membidik daftar pasar saham. Apakah ada urgensi sama sekali untuk bergabung dengan Gojek?
Jawabannya jelas tidak.
Ketika Co-CEO Gojek Andre Soelistyo mengklaim:
“Ini adalah persatuan yang setara”
antara Gojek dan Tokopedia, apakah itu kredibel?
Bloomberg melaporkan bahwa pemegang saham Gojek akan menerima 58% saham GoTo, dengan pemegang saham Tokopedia untuk menerima sisanya. Mungkin itu artinya Gojek lah yang benar-benar menjadi kepala keluarga dalam perkawinan ini. Namun, mari sejenak kita pikirkan ini lebih jauh lagi.
Jika saya adalah pemegang saham Gojek dan saya membeli saham semua pemegang saham Tokopedia, saya bisa memiliki 100% dari perusahaan gabungan, tetapi apakah itu berarti sesuatu? Mungkin saja saya membayar lebih untuk saham itu, sehingga publik mengira saya “menang”, tapi saya harus menunggu 20 tahun sebelum saya bisa melihat untung/return atas pembelian saya.
Terdapat juga berbagai jenis saham, yang memungkinkan suatu pemegang saham mungkin memiliki hak dan keistimewaan ekstra dibandingkan dengan yang lain.
Bocoran angka 58% tersebut berasal dari orang dalam yang tidak disebutkan namanya, kita tidak tahu motivasi dari pembocor informasi tersebut, namun hal itu menggambarkan investor Gojek secara positif, sehingga seolah-olah mereka ‘menang’ padahal sebenarnya Gojek adalah item penjualan terbesar yang pernah ada di Tokopedia.
Ini adalah informasi kecil yang tidak berarti namun cukup untuk mengubah persepsi Anda, tetapi tidak benar-benar mengatakan apa pun tentang siapa yang membayar siapa.
Manusia adalah makhluk yang sadar akan pentingnya status. Mungkin nampak aneh tapi di Korea, sudah menjadi kebiasaan bagi orang yang baru berkenalan dan mengajukan pertanyaan sensitif tentang pekerjaan dan posisi masing-masing, hanya agar mereka dapat menggunakan istilah yang tepat untuk menghormati satu sama lain.
Kita manusia begitu peduli akan status, bahkan ketika kita bilang keras-keras bahwa kita tidak peduli.
CEO baru dari entitas gabungan GoTo adalah Andre Soelistyo. Biasanya itulah posisi tertinggi dalam sebuah perusahaan. Tapi di GoTo, yang duduk di atas CEO dan lebih tinggi pangkatnya adalah President Patrick Cao.
Jika Tokopedia baru saja mengalami tahun terburuknya dan bukannya tahun terbaiknya sebelum merger, apakah Patrick Cao dari Tokopedia akan menjadi Group President yang berposisi lebih tinggi daripada Group CEO? Sulit untuk membayangkannya.
Ada sosok lain di di dunia yang sangat akrab dengan situasi seperti. Tidak hanya dekat dengan Tokopedia, dia juga penting bagi Grab. Sosok tersebut adalah pendiri Softbank Group Corp Masayoshi Son. Softbank Group berinvestasi di Tokopedia serta Grab, dan Masayoshi Son adalah pendukung awal merger Grab-Gojek, sebelum mendukung merger Tokopedia-Gojek.
Pelamar mana pun yang memilih untuk bergabung dengan Gojek, Softbank Group akan menjadi pihak yang kedapatan rejeki nomplok. Mereka bisa sangat tidak memihak dan merekomendasikan action yang menghasilkan perusahaan terkuat. Masayoshi Son melihat itu pada merger Grab-Gojek. Softbank ibaratnya memilih antara daging sapi wagyu dan kaviar. Keduanya enak.
Anda mungkin juga menduga bahwa merger dengan Grab akan menghasilkan monopoli transportasi online di seluruh Asia Tenggara. Ini akan menghasilkan perusahaan yang paling kuat dan paling untung.
Dalam pandangan saya, harga yang harus dibayar untuk dominasi ini adalah penyerahan total dari Gojek. Para investor mungkin telah menerima uang yang sangat banyak, tetapi para founders akan dicekal karena semua pengendara Gojek akan kehilangan pekerjaan.
Pilihan lain yang ada di atas meja adalah cara pintu belakang untuk mendaftar di NASDAQ yang dikenal sebagai merger SPAC, tapi itu juga tidak berhasil meskipun kegiatan biaya investasi perbankan menghabiskan banyak uang.
Menurut hemat saya, persaingan harga yang ketat selama bertahun-tahun dengan Grab telah mengikis semua impian Gojek untuk mendapatkan listing. Keuangan perusahaan kemungkinan sangat buruk.
Satu-satunya pilihan yang tersisa adalah bergabung dengan Tokopedia, dan seiring berjalannya waktu, tampaknya Tokopedia mendapatkan penawaran atau deal terbaik yang pernah terlihat di Tokopedia.