Kenapa “Persona” Bisa Datangkan Lebih Banyak Followers

persona tiktok
Ilustrasi dari Pixabay

Dalam praktik marketing di sosial media, banyak bisnis dan kreator berlomba menciptakan konten berkualitas setinggi mungkin.

Mereka menghabiskan waktu untuk riset tren, menyempurnakan visual, memilih caption, bahkan memperhatikan waktu posting demi satu tujuan: menarik perhatian dan followers baru sebanyak mungkin.

Tapi, akhir-akhir ini muncul sebuah fenomena menarik yang perlahan mulai menggoyang pakem lama ini — “persona” sebuah akun ternyata bisa lebih berdampak dibanding konten itu sendiri.

Di TikTok, misalnya, tidak sedikit akun yang viral justru bukan karena kontennya bagus secara teknis, tapi karena pembawaan unik yang diberikan sang pemilik akun.

Entah karena karismanya, gayanya berbicara, atau bahkan karena kejujurannya saat berbagi sebuah cerita.

Hal ini memunculkan sebuah pertanyaan mendasar: apakah audiens sekarang lebih tertarik pada “siapa” diri Anda, dibanding “apa” yang Anda buat?

Persona Adalah “Magnet” Emosional

jasa beli followers tiktok
Ingin menambah followers TikTok secara instan & permanen? Sribuin Aja!

Dalam psikologi komunikasi, persona adalah sebuah representasi dari kepribadian yang ditampilkan seseorang kepada publik—baik itu bersifat asli maupun dibentuk secara sadar.

Dalam konteks media sosial, persona ini bisa muncul dalam bentuk gaya bicara, cara berpakaian, nilai-nilai yang diusung, hingga karakter yang ditampilkan secara konsisten.

Tapi, persona bukan hanya soal pencitraan saja.

Terkait bisnis misalnya, laporan dari Sprout Social menyebutkan bahwa 64% konsumen ingin brand menunjukkan nilai-nilai personal mereka, bukan hanya menjual produk.

Ini artinya, pendekatan yang terlalu kaku atau hanya menonjolkan fitur produk justru akan melewatkan potensi koneksi yang lebih dalam dengan audiens.

Hal ini juga berlaku untuk kreator individu.

Banyak akun yang awalnya hanya iseng membuat konten, tapi karena punya gaya bicara khas, cara bercerita yang jujur, atau sikap yang lucu, mereka akhirnya tumbuh jadi akun dengan follower ribuan atau bahkan hingga jutaan.

Mereka yang menonton merasa, “Saya suka orang ini,” bukan hanya “saya suka videonya.”

konten kreator
Foto ilustrasi dari Pexels

Coba ingat, berapa banyak konten viral yang Anda lihat minggu lalu?

Kemungkinan Anda lupa jumlahnya karena tidak banyak yang benar-benar membekas di ingatan.

Tapi, Anda pasti lebih ingat satu dua akun yang gaya bicaranya khas, atau yang pernah membuat tertawa, kesal, atau merasa dekat.

Inilah kekuatan persona.

Tujuannya bukan hanya tentang mendukung penyajian konten, tapi membangun persepsi.

Ketika persepsi ini kuat, maka akan terbentuk kepercayaan.

Pentingnya Konsistensi Untuk Persona

Banyak yang mengira sebuah persona harus dramatis, penuh gimmick, atau bahkan beraksi berlebihan.

Padahal, justru persona yang konsisten, terasa manusiawi dan biasa saja, bisa jauh lebih efektif untuk membangun rasa kedekatan dengan para audiens.

Ada yang membangun persona sebagai “abang warung,” ada yang tampil seperti “teman curhat,” ada juga yang memilih gaya “kakak yang kasih nasihat.”

Di TikTok misalnya, akun seperti @mentalhealthtalks berhasil tumbuh besar bukan karena konten dengan efek visual luar biasa, tapi karena konsistensi persona yang telah mereka bangun.

Gaya bicaranya khas, arah komunikasinya jelas, dan mereka tidak berubah-ubah di setiap video.

(Data dari Later menyebutkan bahwa akun yang menunjukkan sisi “manusia” seperti ini dan berbicara langsung dengan audiens memiliki engagement 2 kali lipat lebih tinggi dibanding akun yang hanya fokus ke estetika konten saja.)

konten kreator tiktok
Foto ilustrasi dari Pexels

(Baca juga: Mudah! 7 Ide Konten TikTok Untuk Introvert Yang Kreatif)

Persona Untuk Brand Bisnis

Banyak brand bisnis yang menganggap persona ini hanyalah dibutuhkan oleh influencer atau pemilik akun personal.

Padahal, brand pun perlu dan sangat bisa memanfaatkan persona untuk menarik followers.

Coba pikirkan, apakah brand Anda ingin terlihat hangat? Tegas? Cerdas? Nyeleneh?

Semua ini bisa dirancang, dijaga, dan ditunjukkan di tiap interaksi—termasuk di kolom komentar.

Misalnya, Anda bisa rutin membalas komentar pengguna dengan nada jenaka dan sopan, tapi tetap dalam batas profesional.

Hal seperti ini juga dilakukan oleh banyak akun bisnis yang kadang sengaja ikut-ikutan tren meme, tapi tetap menyisipkan pesan brand mereka secara halus.

Penelitian dari Edelman bahkan menunjukkan bahwa sebuah brand yang mampu membangun kepercayaan lewat komunikasi personal dan konsisten seperti ini bisa dipercaya oleh 81% audiensnya, membuktikan bahwa persona pun bahkan bisa memiliki dampak untuk perkembangan bisnis.

jasa beli followers tiktok
Ingin menambah followers TikTok secara instan & permanen? Sribuin Aja!

Penutup

Jika selama ini Anda merasa sudah membuat konten yang bagus tapi angka jumlah followers terus stagnan, mungkin saatnya berhenti sejenak dan bertanya:

Seperti apa persona yang ditampilkan?

Apakah persona ini terlihat konsisten? Apakah audiens bisa merasa lebih dekat?

Karena pada akhirnya, di tengah banjir informasi dan konten viral seperti saat ini, orang tidak hanya mencari hal baru untuk ditonton.

Mereka mencari “seseorang” untuk diikuti, dan ini bisa dimulai dari satu hal: persona yang terasa nyata.


(Jangan lupa subscribe ke Blog Sribu dan follow akun Instagram Sribu supaya tidak ketinggalan informasi menarik lainnya terkait dunia digital marketing, SEO, dan tren pasar terkini.)

Raski Santika
Raski Santika adalah Blog Writer & Editor di Sribu. Melalui tulisannya, ia ingin menginspirasi, mengedukasi, serta membantu para pemilik usaha & talent freelancer digital Indonesia untuk terus berkembang serta mempelajari ilmu baru.