Minimum Viable Message: Pesan “Simpel” Bisa Lebih Kuat!

minimum viable message
Foto ilustrasi dari Unsplash

Di tengah derasnya arus informasi dan semakin sempitnya perhatian audiens digital, satu tantangan besar muncul untuk para marketer:

Bagaimana cara menyampaikan nilai & manfaat produk dalam waktu yang sangat singkat?

Kita sudah terbiasa berpikir bahwa semakin banyak fitur dan keunggulan yang dijelaskan, maka semakin besar kemungkinan audiens akan tertarik kepada produk.

Padahal, kenyataannya justru sebaliknya.

Dalam dunia digital marketing, sering kali pesan paling sederhana dan jelaslah yang justru akan paling berdampak besar.

Dan dari sinilah konsep Minimum Viable Message (MVM) muncul: sebuah pendekatan yang menekankan pentingnya merumuskan pesan paling ringkas, namun cukup kuat untuk membuat audiens mengambil langkah awal—klik, baca, atau beli.

Apa Itu Minimum Viable Message?

jasa sribu business
Ingin penjualan bisnis cepat naik? Sribuin Aja!

Secara singkat, Minimum Viable Message (MVM) adalah versi paling sederhana dari pesan pemasaran yang menjelaskan nilai inti dari produk atau layanan Anda, sekaligus mendorong tindakan dari audiens.

Jika kita mengenal istilah Minimum Viable Product (MVP) dalam dunia startup—produk awal dengan fitur minimum yang bisa diuji ke pasar—maka MVM adalah ide yang sama di dunia komunikasi:

Pesan yang tidak bertele-tele, langsung ke poin, dan siap diuji coba.

Contoh sederhananya: Alih-alih menjelaskan bahwa Anda punya “platform digital berbasis cloud untuk mengelola kas bisnis secara real-time dengan fitur laporan terintegrasi dan sistem multi-user,” dengan prinsip MVM, Anda cukup menuliskan: “Catat pemasukan bisnis tanpa ribet, kapan pun.”

Mengapa MVM Relevan dalam Strategi Marketing Saat Ini?

pengguna sosial media
Foto ilustrasi dari Cottonbro Studio

Menurut studi dari Microsoft, rentang perhatian (attention span) manusia modern kini hanya ada di sekitar 8 detik, lebih singkat dari seekor ikan mas.

Dengan kondisi seperti ini, marketer harus berkompetisi bukan hanya dengan pesaingnya, tapi juga dengan notifikasi WhatsApp, TikTok, email kerja, dan “gangguan” digital lainnya.

Di sinilah MVM menjadi senjata yang sangat efektif, karena bisa menangkap perhatian dalam beberapa detik saja.

MVM akan memaksa Anda untuk merangkum pesan utama tanpa distraksi, membuat audiens memahami nilai tawaran tanpa perlu scroll panjang atau menonton sebuah video hingga selesai.

Bukan Slogan, Tapi “Gerbang Masuk”

pengguna handphone
Foto ilustrasi dari Pexels

Penting dipahami bahwa MVM bukanlah tagline atau slogan brand yang ditulis untuk tampil di baliho atau video profile perusahaan.

MVM adalah prinsip kerja marketer untuk kampanye yang bisa diukur.

Beberapa contoh elemen yang bisa menerapkan prinsip ini antara lain:

  • Judul landing page
  • Headline iklan Google/Facebook
  • Kalimat pembuka email marketing
  • Deskripsi awal produk di marketplace

Karena sifatnya yang eksperimental, MVM sangat cocok dipakai ketika Anda:

  • Baru meluncurkan produk
  • Menjalankan kampanye A/B testing, dan
  • Ingin mengetahui apa pain point audiens yang paling kuat

(Baca juga: Brand Repositioning: Definisi, Manfaat & Tips Praktiknya)

MVM vs Pesan Umum

Mari lihat perbandingan singkat berikut:

  • Contoh pesan standar:

“Kami menghadirkan solusi berbasis teknologi digital yang dirancang untuk membantu bisnis kecil dalam mengelola operasional keuangan secara efisien, cepat, dan aman.”

  • Contoh MVM:

“Bisnis kecil, keuangan rapi, tanpa ribet.”

Perbedaannya terletak pada fokus.

Pesan standar mencoba menjelaskan semuanya sekaligus, sementara MVM hanya memotret satu nilai paling relevan bagi audiens.

Cara Merumuskan Minimum Viable Message yang Efektif

bekerja di laptop
Foto ilustrasi dari Pexes

MVM yang baik bukanlah hanya pesan yang dipersingkat begitu saja, tapi merupakan hasil dari proses berpikir strategis dan eksplorasi kreatif.

Berikut langkah-langkah yang bisa Anda coba jika ingin membuat MVM yang efektif:

1. Tentukan Target

Apakah Anda berbicara dengan pemilik bisnis, ibu rumah tangga, atau seorang remaja pengguna aplikasi?

MVM yang tepat harus berbicara langsung ke orang yang dituju.

2. Identifikasi Masalah Paling Nyata

Coba jawab pertanyaan ini: “Apa satu masalah paling menyebalkan yang bisa diatasi oleh penawaran saya?”

Jawaban Anda bisa jadi bahan utama MVM.

3. Uji Lewat Iklan atau Sosial Media

Gunakan MVM Anda sebagai headline dalam iklan digital, lalu bandingkan dengan versi lain.

Mana yang dapat CTR lebih tinggi? Mana yang menarik komentar atau reaksi spontan?

4. Tulis Dalam Bahasa Sehari-Hari

Tinggalkan bahasa korporat.

MVM harus terasa seperti obrolan cepat yang relevan, seperti: “Beriklan tanpa pusing,” atau “Satu klik, desain jadi.”

5. Gunakan Angka atau Batasan Waktu (Jika Perlu)

Kadang, detail sederhana seperti waktu atau hasil bisa memperkuat daya tarik MVM.

Contohnya: “Jasa desain selesai 2 hari.”

jasa sribu business
Ingin penjualan bisnis cepat naik? Sribuin Aja!

Kesimpulan

Minimum Viable Message bukan tentang memangkas pesan asal-asalan, tapi soal membedah esensi dari apa yang paling dibutuhkan audiens dan menyampaikannya dalam kalimat sederhana.

Dalam dunia digital marketing hari ini, bukan siapa yang bicara paling banyak yang akan didengar—tapi siapa yang bisa bicara tepat sasaran sejak awal.

Jadi, sebelum menyiapkan kampanye berikutnya, coba tanyakan ke diri Anda: kalau saya cuma punya satu kalimat untuk menjual produk ini—apa yang akan saya katakan?

Itulah Minimum Viable Message Anda


Sebagai penutup, Anda yang tertarik ingin mulai beriklan online kini bisa memanfaatkan jasa dari Sribu Business sebagai solusi praktis.

Dengan harga layanan mulai dari Rp 3 Juta saja, tim profesional kami akan menangani iklan Anda mulai dari membuat konten, memulai kampanye, mengoptimasi, dan mengelolanya sesuai kebutuhan.

Untuk mempelajari lebih lengkap, silahkan hubungi tim support Sribu Business (WA)  atau langsung mengacu ke dokumen berikut.

Akhir kata, semoga pembahasan ini bermanfaat & sampai jumpa di artikel selanjutnya!

(Jangan lupa subscribe ke Blog Sribu dan follow akun Instagram Sribu supaya tidak ketinggalan informasi menarik lainnya terkait dunia digital marketing, SEO, dan tren pasar terkini.)

Raski Santika
Raski Santika adalah Blog Writer & Editor di Sribu. Melalui tulisannya, ia ingin menginspirasi, mengedukasi, serta membantu para pemilik usaha & talent freelancer digital Indonesia untuk terus berkembang serta mempelajari ilmu baru.