“Kriuk” Iklan Bisa Membuat Produk Lebih Menggiurkan

dua orang memakan keripik
Photo by Yan Krukov from Pexels

Ketika melihat iklan untuk sebuah keripik, kita hanya bisa membayangkan rasa dari produk tersebut.

Mungkin asin, mungkin pedas, kita hanya bisa membayangkan.

Namun ketika aktor di iklan menggigit keripik dan terdengar suara *kriuk*,

Bayangan rasa tersebut akan menjadi lebih kuat untuk kita.


Walaupun seringkali tidak disadari, karakteristik suara bisa mempengaruhi penilaian terhadap suatu produk.

Derung knalpot kendaraan.

Suara tumpah ketika menuang minuman.

*crakk* ketika membuka kaleng soda.

Suara-suara bisa membuat manusia “memperhatikan” karena manusia merespon trigger suara dengan sangat cepat.

Sebagai marketer, hal ini bisa dimanfaatkan untuk iklan produk.

BERIKLAN UNTUK PANCA INDERA

Melalui artikelnya di Medium, konsultan audio branding Pavle Marinkovic menyebut strategi ini sebagai Sensory Marketing.

Dalam strategi ini, marketer membuat iklan dimana produk bisa dinilai oleh lebih dari satu panca indera.

Mari kita bayangkan sebuah skenario..

Anda membuat iklan sebuah produk bantal.

Di iklan tersebut, terlihat seorang model sedang tertidur nyenyak.

Dari senyum di wajahnya, sepertinya ia menggunakan bantal ternyaman di dunia.

Bantal Putih, empuknya membuat tidur serasa di atas awan..”, ujar sebuah suara lembut melalui voice over.

 

Audiens mungkin akan merasa tertarik ketika melihat iklan itu.

Namun mereka akan berpikir, “Apa betul produk empuk seperti yang dijanjikan?

Mereka bisa melihat model nyaman tidur menggunakan bantal tersebut.

Slogan pun bisa membuat mereka membayangkan kualitas produk.

Lalu, apa lagi yang bisa dilakukan supaya audiens lebih percaya dengan klaim “empuknya membuat tidur serasa di atas awan“?

Perdengarkan suara ini:

Bantal yang empuk dan keras menghasilkan suara berbeda ketika ditepuk.

Dengan memperdengarkan suara, keempukan bantal pun akan terbayang lebih jelas untuk audiens.

Sekarang, mereka tak hanya bisa melihat produk Anda, namun bisa juga mendengar kualitasnya.

BERIKAN BRAND ANDA IDENTITAS DENGAN SUARA

Bagaimana nama brand anda “terdengar” pun bisa mempengaruhi penilaian konsumen.

Ini karena nama brand yang menggunakan bahasa asing sering dianggap lebih premium dibanding dengan nama brand dengan bahasa lokal.

White Pillows vs Bantal Putih.

Mana yang menurut Anda terdengar lebih “berkelas”?

Selain itu, Anda juga bisa memanfaatkan suara untuk tujuan marketing dengan cara audio branding menggunaan musik atau jingle.

Audio Branding adalah strategi penggunaan audio (suara, efek suara, musik/jingle, dll) untuk menunjukkan identitas brand kepada konsumen.

Beberapa brand ternama pun telah menerapkan metode ini sebagai salah satu strategi marketing mereka:

Ketika mendengar nada-nada di atas bahkan di luar konteks iklan masyarakat akan langsung teringat kepada Nokia dan Indomie.

Ini membuktikan bahwa brand bisa memiliki identitas berupa suara.

Dengan audio branding, audiens akan memiliki 2 indera yang dapat mengenali brand Anda: Mata dan Telinga.

Satu sudah bagus, tapi dua tentu lebih baik bukan?


Setelah memahami metode-metode di atas, cobalah telaah lagi..

Adakah suara yang bisa digunakan untuk meningkatkan penilaian konsumen terhadap produk Anda?

Jika ada, gunakanlah!

Suara bisa menjadi kunci supaya brand Anda diminati dan dikenali oleh lebih banyak orang.

Jangan hanya perlihatkan produk Anda,

Perdengarkan.

Raski Santika
Raski Santika adalah Blog Writer & Editor di Sribu. Melalui tulisannya, ia ingin menginspirasi, mengedukasi, serta membantu para pemilik usaha & talent freelancer digital Indonesia untuk terus berkembang serta mempelajari ilmu baru.