Jika Anda ikuti perkembangan dunia digital marketing, pasti pernah dengar istilah seperti transformasi digital, machine learning, big data, dan istilah canggih lainnya.
Untuk Anda yang awam, pasti berpikir, “Bahasa apa tuh? Rumit banget“.
Saat ini memang tren strategi digital marketing sedang naik seiring dengan berkembangnya teknologi hingga beberapa tahun ke depan.
Tapi sebelum ada digital marketing, kita punya marketing konvensional.
Untuk Anda yang paham digital marketing, pasti berpikir, “JADUL BANGET!”
Memangnya marketing konvensional masih relevan?
Dengan munculnya digital marketing, Anda pasti akan pertimbangkan, apakah harus gunakan media konvensional seperti brosur dan iklan TV?
Apalagi jika Anda memiliki budget yang terbatas.
Eh tunggu dulu, memangnya semahal apa sih?
Michael Tjandra, GM Sales dari stasiun SCTV & Indosiar pernah infokan bahwa untuk pasang iklan di SCTV, biayanya 120 juta per 30 detik di saat prime time.
Iya, Anda bayar semahal itu hanya untuk tayang di TV selama 30 detik.
Dengan harga yang relatif mahal, tidak berarti marketing konvensional akan hilang begitu saja. Masih banyak perusahaan di tingkat korporasi sampai UMKM yang gunakan metode ini untuk promosikan bisnis mereka.
Lantas, apa kelebihannya digital marketing?
Lihat orang-orang di sekitar Anda, semakin banyak yang habiskan waktu pada media digital.
Hasil riset RescueTime mengatakan bahwa rata-rata orang menghabiskan waktu 3 jam 15 menit setiap harinya untuk melihat handphone mereka.
Dari perilaku itu, wajar saja bila digital marketing menjadi media efektif untuk promosikan bisnis Anda.
Anda dapat menargetkan secara spesifik siapa saja yang dapat melihat iklan Anda, contohnya:
- Usia
- Hobi
- Pengalaman
- Domisili
- Demografis
- Dll
Bagaimana dari segi biayanya?
Anda lebih fleksibel dalam menetapkan biaya untuk setiap campaign, sehingga lebih mudah mengatur pengeluaran bisnis.
Sherry Jhawar pernah jawab ini ketika diinterview oleh Forbes,
“If you only have one dollar to spend on marketing and need to decide between print and digital, digital will always win”.
Kok bisa gitu? Saya beri contoh mudahnya:
Anggap Anda punya uang sebesar Rp 100.000, lalu digunakan untuk cetak brosur menarik sebanyak 100 lembar dan dibagikan secara random ke orang yang lewat saja.
Anda tidak tahu nasib brosur itu, ada yang dibuang ke tong sampah atau dijadikan bungkus gorengan.
Anda harus cetak lagi jika ingin tetap sebarkan brosur.
Jika Anda manfaatkan uang Rp 100.000 di media digital, Anda bisa tentukan siapa saja yang akan terima iklannya. Selain itu, Anda juga bisa sebar ke jutaan orang dalam 1 klik.
Bedanya? Lebih tepat sasaran dan jangkauannya luas.
Lalu… bagaimana nasib marketing konvensional?
Marketing konvensional tetap menjadi platform yang kuat!
Hampir di setiap bulan Ramadhan, ada 1 merk sirup yang sering dibicarakan terutama menjelang buka puasa.
Menurut Anda, apa nama merek sirup tersebut?
Tulis jawaban Anda di kolom komentar!
Jika jawabannya sama, Anda adalah bukti keberhasilan marketing konvensional lewat iklan TV.
Media konvensional lainnya seperti brosur pun memiliki peran yang penting dalam marketing.
Dilansir oleh Forbes, media print akan efektif dimana ada kontak fisik dengan pelanggan, contohnya pada event pameran dan resepsionis.
Jadi, model marketing apa yang harus saya pilih?
Jawabannya: tergantung strategi dan bisnis Anda
Digital marketing lebih cocok apabila Anda ingin menyasar target pasar yang spesifik dan memiliki budget terbatas. Anda juga bisa mendapatkan data konsumen Anda dari campaign yang Anda jalankan.
Sedangkan marketing konvensional lebih cocok jika target pasar Anda berumur senior atau menyasar konsumen lokal di suatu wilayah. Metode ini memang terkesan ‘kuno’, tetapi tetaplah efektif.
Apakah saya bisa gunakan keduanya?
Jawabannya: bisa!
Dengan menggabungkan kedua model ini, Anda akan mencakup pasar yang luas dan memberikan manfaat lebih bagi marketing Anda.
Yang terpenting adalah Anda harus mengerti bisnis dan konsumen Anda untuk menyusun strategi yang tepat.
“When deciding between traditional marketing vs. digital marketing, it’s not necessarily true that one is simply better than the other as they serve different purposes.” – Simplilearn.com
Anda juga bisa ketik pertanyaan Anda di Google dan tambahkan Blog Sribu di akhir pertanyaan tersebut. Ini menunjukkan artikel terkait dari Blog Sribu, yang kualitasnya sudah tentu terjamin.