Memulai iklan online bukan hal yang sulit — tapi membuat orang peduli dengan iklan tersebut, itu lah tantangan yang sebenarnya.
Banyak bisnis sudah mengeluarkan biaya besar untuk beriklan di media sosial, namun hasilnya tetap sepi, engagement rendah, dan konversi hampir tak bergerak.
(Padahal, algoritma platform sosial media seperti Instagram, TikTok, dan Facebook kini menilai kualitas sebuah iklan bukan hanya dari jumlah tayangannya, tapi juga seberapa banyak interaksi yang berhasil didapatkan.)
Bagi yang ingin meningkatkan hasil kampanye iklan online, memahami cara memancing interaksi dengan strategi paling efektif dalam upaya pemasaran digital menjadi langkah penting untuk keluar dari situasi iklan yang sepi.

1. Buat Hook Visual yang Bisa Menghentikan Scroll
Di media sosial, perhatian pengguna adalah mata uang berharga.
Riset dari Microsoft Attention Span Study menemukan bahwa rata-rata perhatian pengguna digital kini hanya sekitar 8 detik — lebih pendek dari seekor ikan mas.
Itulah mengapa detik-detik pertama iklan Anda akan sangat menentukan untuk interaksi.
Untuk menghentikan pengguna scrolling melewati iklan, coba gunakan visual yang kontras, ekspresif, atau tidak terduga.
Contoh: brand seperti Duolingo dan Ruang Guru sering menggunakan elemen humor, animasi ekspresif, atau reaksi manusia nyata dalam tiga detik pertama konten untuk membuat orang berhenti scrolling.
Selain visual, paduan warna dan ekspresi wajah manusia juga bisa memicu respons emosional cepat.
2. Bangun Narasi “Ngomong” ke Audiens


Iklan online yang sukses bukan hanya akan menjual produk, tapi juga bisa “berbicara” langsung dengan kebutuhan emosional audiensnya.
Alih-alih berkata, “Beli produk kami karena sedang diskon 50%,” di iklan, coba ubahlah menjadi, “Capek belanja mahal-mahal? Sekarang waktunya belanja tanpa rasa bersalah.”
Perubahan kecil seperti ini bisa membuat audiens merasa dipahami, bukan ditarget.
Sebuah penelitian bahkan membuktikan bahwa 72% konsumen lebih tertarik pada brand yang menggunakan gaya komunikasi personal dan empatik seperti ini.
Jadi, cobalah menulis naskah iklan seolah sedang berbicara pada satu orang.
Gunakan kata “Anda”/”kamu” lebih sering — bukan “kalian.”
Pendekatan seperti ini akan terasa lebih “dekat” dan natural untuk pengguna sosial media.
3. Gunakan Call-to-Action yang Mendorong Percakapan
Sebagian besar post iklan online gagal karena terlalu fokus pada penjualan langsung dan melupakan interaksi.
Sebagai perbaikan, Anda bisa coba ubah pendekatan CTA seperti “Klik di sini untuk beli sekarang” jadi “Pilih warna favorit Anda di kolom komentar” atau “Tim kami pengen tahu, lebih suka gaya A atau B?”
Pendekatan seperti ini membuat audiens merasa dilibatkan.
Menurut Sprout Social Index, posting konten dengan CTA berbasis pertanyaan mendapatkan interaksi hingga 40% lebih tinggi dibanding CTA berbasis promosi langsung.
Kemudian, setiap komentar baru juga akan memperpanjang masa tampil (reach) iklan Anda di algoritma, meningkatkan peluang orang lain melihatnya secara organik.
4. Optimasi Format dan Durasi Konten Video


Setiap platform sosial media punya “zona ideal” untuk durasi dan format iklan video:
-
Di TikTok, video 9–15 detik adalah yang paling banyak ditonton hingga akhir
-
Di Instagram Reels, performa terbaik dicapai pada durasi 15–30 detik.
-
Di YouTube Shorts, durasi ideal adalah di bawah 60 detik dengan pacing cepat dan visual dominan.
Anda bisa memanfaatkan jasa editor video Sribu untuk membantu proses ini agar hasil akhir lebih profesional dan sesuai karakter audiens target konten.
5. Libatkan Cerita Pelanggan Nyata
Manusia akan percaya pada manusia lain, bukan iklan.
Testimoni, video review, atau konten “cerita pengguna” sering kali akan lebih kuat daripada materi promosi buatan brand.
Praktik ini juga diamini dan diterapkan oleh COO Sribu, Alexandro Wibowo dalam strategi pemasaran yang dilakukannya.
“Psikologi seseorang yang ingin membuktikan kualitas sesuatu itu pasti cari pengalaman orang lain dulu, karena akan lebih mudah dipercaya, karena ada cerita nyata,” jelasnya.
Anda bisa mengubah testimoni bisnis menjadi konten naratif — misalnya menampilkan pelanggan yang menceritakan pengalaman mereka menggunakan produk.
Lalu, Anda bisa juga tambahkan elemen visual seperti foto sebelum-sesudah, atau cuplikan interaksi nyata.

Kesimpulan
Iklan yang sepi transaksi bukan berarti gagal total, tapi bisa jadi menandakan bahwa audiens Anda belum merasa cukup terlibat.
Dengan mengubah pendekatan dari sekadar promosi menjadi interaksi, performa iklan akan bisa meningkat drastis — bahkan tanpa menaikkan anggaran.
Sederhananya:
-
🎯 Fokus pada hook visual yang menarik dalam 3 detik pertama
-
🗣️ Gunakan narasi yang berbicara langsung pada audiens
-
💬 Tambahkan CTA berbasis interaksi, bukan sekadar ajakan beli
-
⏱️ Sesuaikan durasi konten video dengan karakter platform
-
🙋♀️ Sertakan cerita pelanggan nyata untuk membangun kepercayaan
Dengan kombinasi kreativitas, pendekatan empatik, dan sedikit strategi berbasis data, iklan online Anda tidak hanya akan dilihat — tapi juga bisa disukai, mendapat interaksi, dan diingat.
Karena mimpimu layak dikejar, sisanya? #SribuinAja!
(Jangan lupa subscribe ke Blog Sribu dan follow akun Instagram Sribu supaya tidak ketinggalan informasi menarik lainnya terkait dunia digital marketing, SEO, dan tren pasar terkini.)










