Selamat datang di episode SribuTalks ke-36.
Tekan tombol play di bawah atau klik di sini untuk memulai rekaman podcast. Kami juga sudah siapkan show note di bawah yang terdiri dari poin pembahasan Podcast kali ini.
Selamat mendengarkan!
1. Subway Tuna… Yang Bukan Tuna
Subway, rantai sandwich global saat ini lagi berjuang melawan klaim atas keabsahan tunanya. Seorang hakim federal baru saja memutuskan bahwa Subway bisa dituntut karena menyesatkan pelanggan tentang bahan-bahannya.
Sebenernya ini semua berawal dari serangkaian event:
- Subway mengeluarkan statement, membuat dedicated website dan jalankan iklan yang mengatakan “serves 100% tuna”
- Hal ini membuat seorang marine biologist menganalisa 20 sampel tuna di Subway dan menemukan 19 di antaranya tidak memiliki DNA Tuna. Kok bisa?
- Subway berdebat jika non-tuna DNA karena cross-contamination dengan bahan lainnya.
- Hakim distrik Amerika Serikat tidak mengesampingkan penjelasan Subway, tetapi menentukan bahwa beberapa bahan dalam sampel (misalnya ayam, babi, sapi) bukanlah apa yang diekspektasikan konsumen ketika beli produk tuna.
Tapi ternyata, ini bukan kejadian pertama kalinya…
- Tahun 2017, researcher dari Kanada menemukan bahwa ayam Subway hanya mengandung 50% DNA ayam.
- Tahun 2020, pengadilan Irlandia mengatakan kalau rotinya bukan roti karena jumlah kadar gula yang sangat tinggi.
Subway juga pernah terkena gugatan karena menjual sandwich sepanjang satu kaki yang lebih pendek dari satu kaki, tapi akhirnya kasus ini tidak dilanjutkan.
Jika tuna Anda bukan tuna, ayam Anda bukan ayam, dan roti Anda bukan roti, maka Subway sepertinya sedang memperketat budget produksinya secara totalitas.
2. Tak Hanya Manusia Yang Dirugikan Dengan Budget Ketat, Penguin Pun Demikian
Menghadapi inflasi yang melonjak, kebun binatang Jepang terpaksa menawarkan ikan yang lebih murah kepada hewan lautnya.
Penguin sangat tidak terkesan, bahkan menolak untuk melihat ikannya.
3. TikTok Live Commerce Tak Laku di Eropa
Menyusul masalah internal dan kegagalan untuk membangun daya tarik dengan pelanggan di Inggris, TikTok, platform video pendek dan media sosial telah memutuskan untuk tidak melanjutkan rencana untuk memperluas upaya “LIVE Commerce” ke Eropa dan AS.
TikTok Shop memungkinkan merek dan influencer untuk melakukan streaming langsung sambil menjual barang. Itu muncul di aplikasi sebagai keranjang oranye yang dapat diklik di samping video.
Meski berhasil di Asia, terutama Indonesia (apalagi dengan jerih payah Pororo yang bisa berjualan di Live Commerce TikTok), tak berarti di negara lain akan berhasil. Misalnya di Eropa yang memiliki behavior belanja online yang jauh berbeda dengan Asia.
Pada tahun 2020, Sendcloud melakukan penelitian terhadap 8529 konsumen di Inggris Raya, Jerman, Spanyol, Italia, Prancis, Belgia, Belanda, dan Austria. Semua responden membeli produk secara online. Berikut adalah beberapa temuan terpenting dari penelitian ini:
- Pembeli online di Eropa memesan secara online rata-rata 1,9 kali per bulan;
- Rata-rata, 5,3 produk dipesan secara online dalam tiga bulan terakhir;
- Jika konsumen meninggalkan toko online, kebanyakan karena biaya pengiriman yang terlalu tinggi (65 persen)
4. Peringkat Google Jadi Ancaman Besar Pengusaha!
Fenomena ini baru-baru terjadi di halaman Google milik pengusaha restoran di Amerika Serikat.
In a new scam targeting restaurant, para orang tidak bertanggung jawab meninggalkan rating buruk pada restoran di halaman Google sebagai awal mula dari “tawar-menawar” pemerasan digital gift cards.
Tidak ada keterangan, tidak ada foto, dari orang-orang yang di rasa tidak pernah makan di restoran itu.
Setelah review negatif bertubi-tubi, para pengusaha menerima email dari seseorang yang mengklaim dirinya bertanggung jawab atas semua ini dan meminta Google Play Gift Card sebesar $75 jika ingin review buruk itu dihilangkan.
Jika tidak diberikan maka bad ratings yang lebih banyak akan muncul.
Ancaman yang muncul di setiap emailnya sama:
“We sincerely apologize for our actions and would not want to harm your business but we have no other choice”.
Serangan ini jadi bencana banget apalagi pada bisnis yang masih belum pulih secara financial dari pandemi covid.
Peringkat rata-rata yang lebih rendah bisa buat perbedaan bagi proses decision making pelanggan.
Itu sudah naluri manusia, saya lihat ratingnya bagus, saya bersedia buat kesana dan bayar lebih tidak masalah hanya untuk rating yang bagus.
Para scammers ini “weaponizing the ratings” dan ulasan-ulasan palsu ini telah membuktikan bahwa reputasi sebuah bisnis tidak benar-benar milik mereka lagi dan itulah yang benar-benar menakutkan.
5. Industri Ini Meroket Setelah Pandemi Covid
Lebih dari 2 tahun setelah pandemi covid diumumkan pada 2020, industri yang paling besar impactnya adalah gym dan fitness studio. Dan kabar baiknya, sekarang mulai menunjukkan industri ini kembali “sehat”.
Dewan resmi olahraga singapura (SportSG) mengatakan lebih dari 238.500 orang telah memanfaatkan 26 ActiveSG gym di bulan Mei.
Ini 6% lebih tinggi dibandingkan Mei tahun 2019, yang berarti sebelum pandemi.
Lebih dari 108.400 anggota ActiveSG Sport Centres juga mengikuti aktifitas seperti Zumba dan Yoga di bulan Mei kemarin — 16% lebih tinggi dibandingkan Mei 2019.
Nicholas Tan, salah satu langganan di Anytmie Fitness Greenwich juga bilang bahwa:
“Beberapa bulan ini, pengguna gym sudah mulai meningkat. Namun perbedaannya dengan yang dulu (sebelum pandemi) adalah orang-orang bawa handuk sendiri, pakai masker, bebersih setelah menggunakan alat. People are taking hygiene more seriously”/
Pandemi ini mengartikan bahwa setiap orang memiliki lebih banyak waktu untuk diri mereka sendiri dan banyak yang menyadari pentingnya menjaga kesehatan dan kesadaran akan manfaat olahraga.
Dari ketertarikan masyarakat, itu menjadikan permintaan yang lebih besar untuk buka kelas fitness di sekitar!
6. Disney Akan Kehilangan Perlindungan Hak Cipta untuk Mickey Mouse Pada 2024
Sebagai konsekuensi dari undang-undang hak cipta AS, raksasa hiburan Disney dapat segera kehilangan hak eksklusif atas beberapa karakter yang paling bertanggung jawab atas pengakuan universal merek tersebut, termasuk Mickey Mouse yang bertindak sebagai maskotnya.
Mickey Mouse akan memasuki domain publik pada tahun 2024, hampir 95 tahun setelah penciptaannya pada 1 Oktober 1928 – jangka waktu setelah itu hak cipta atas karya seni anonim atau pseudo-anonim berakhir.
Kedaluwarsa hak cipta tidak datang tanpa batasan.
Anda dapat menggunakan karakter Mickey Mouse seperti yang awalnya dibuat untuk membuat cerita atau cerita Mickey Mouse Anda sendiri dengan karakter ini.
Jika Disney melepaskan Mickey Mouse pada tahun 2024, apakah tandanya Disney tidak bisa gunakan logo kepala Mickey sebagai ikon Disney?
Di satu sisi, kami juga ingin melihat para seniman berkreasi dengan Mickey Mouse, membuat cerita baru untuknya…
Anda juga bisa ketik pertanyaan Anda di Google dan tambahkan Blog Sribu di akhir pertanyaan tersebut. Ini menunjukkan artikel terkait dari Blog Sribu, yang kualitasnya sudah tentu terjamin.