Apa itu Digital Marketing Funnel?
Jika Anda baru mengenal istilah digital marketing atau pemasaran digital, pasti Anda dengan mudah melupakan bahwa di balik jumlah klik dan rasio konversi, ada orang-orang nyata yang mengerjakan itu semua.
Apa ini terjadi pada Anda?
Sebagai contoh:
-
- Anda mengunjungi sebuah situs web dan membaca artikel blog
- Lalu beberapa spanduk iklan produk yang Anda tidak tahu muncul dan menutupi layar Anda
- Merasa kesal karena mengganggu waktu membaca, Anda langsung mengabaikannya, tutup iklan dan lanjut membaca tanpa memperhatikan isi iklan.
Orang dibalik yang menjalankan iklan tersebut atau kita sebut sebagai seorang Digital Marketers, akan bertanya-tanya mengapa tidak ada yang membeli produk yang dipasarkan?
Anda pasti tahu alasannya.
Anda tidak datang ke situs untuk membaca iklan, Anda tidak tahu produk yang ditawarkan, dan Anda tentunya tidak membutuhkan promo yang muncul di iklan tersebut.
Jika ini adalah interaksi kehidupan nyata, itu akan seperti orang asing di terminal kereta bertanya apakah Anda ingin dibuatkan tato pada punggung agar serasi dengannya.
Itu aneh, dan pasti saya yakin Anda tidak berminat.
Mengapa saya infokan Anda hal-hal ini?
Karena membuat Digital Marketing Funnel yang dioptimalkan untuk bisnis Anda – dengan mempertimbangkan siapa pengguna Anda – adalah caranya untuk mengatasi masalah ini (dan cara Anda menghentikan diri Anda menjadi aneh dan tidak relevan).
Digital Marketing Funnel adalah model tentang cara membangun hubungan secara progresif dengan orang-orang yang membawa mereka dari orang asing menjadi pendukung, bahkan konsumen loyal produk Anda…
… dalam skala besar.
Strategi: Membuat Digital Marketing Funnel Yang Kuat
Ada banyak sekali artikel blog di luar sana yang mengusulkan macam-macam Digital Marketing Funnel yang berbeda dan rumit.
Beberapa dari mereka bilang bahwa Anda HARUS menggunakan software mereka untuk melakukannya dengan benar.
Ada juga orang lain yang mengatakan Digital Marketing Funnel itu sudah ketinggalan jaman dan metode BARU lebih baik.
Ini pasti sangat membingungkan.
Sebut saja seperti ini:
Sebagian besar, ini hanyalah gangguan saat Anda pertama kali memulai.
Saya sangat paham tentang itu.
Namun, agar Anda lebih fokus, saya menemukan bahwa prinsip inti dari model yang PALING SEDERHANA masih berlaku dan akan berhasil untuk setiap jenis bisnis.
Digital Marketing Funnel dasar akan terlihat seperti ini:
Membangun Digital Marketing Funnel yang kuat berarti memilih taktik yang tepat di setiap tahap untuk mencapai sasaran tersebut.
Tetapi bahkan sebelum Anda memulai dengan tahapan Digital Marketing Funnel, sangat penting untuk melewati beberapa elemen dasar yang dapat membantu Anda merancang dan mengoptimalkan Digital Marketing Funnel sesuai dengan bisnis dan jenis pelanggan potensial Anda.
Ada dua elemen utama yang ada di dalam Digital Marketing Funnel:
- Target Persona
- Sumber Traffic
1. Menentukan Target Persona
Ini adalah hal pertama yang harus Anda pikirkan.
Ada banyak istilah berbeda untuk Target Persona, antara lain: persona target, avatar pelanggan, avatar penjualan — semuanya sama.
Target Persona Anda dirancang untuk mewakili keinginan dan kebutuhan dasar pelanggan.
Anda membuat persona untuk setiap segmen basis pelanggan supaya seluruh pesan yang Anda sampaikan tertarget dengan baik.
Beberapa orang melakukan ini dengan sangat mudah, dan yang lain ada juga yang melakukannya dengan cara yang sangat, sangat berat — seperti yang saya akan rekomendasikan ke Anda.
Tujuannya di sini adalah untuk menciptakan sosok orang fiksi yang mewakili minat, keinginan, dan kebutuhan tertentu dari audiens target Anda.
Anda memberinya nama, pekerjaan, gaji, minat, kehidupan keluarga, tingkat hubungan, apapun itu.
Ciptakan sosok orang fiksi tersebut dan kemudian semua pesan pemasaran Anda, akan menargetkan avatar tertentu, sampai ke tipe tertentu.
Pada dasarnya, semua yang ada di Digital Marketing Funnel Anda mengalir dari avatar pelanggan Anda. Sangat penting untuk teliti saat membuatnya.
Ada banyak cara berbeda untuk melakukan ini, tetapi yang paling saya sukai sebenarnya adalah berbicara melalui telepon dengan pelanggan Anda.
Lakukan wawancara dan survei dapat membantu Anda untuk benar-benar mengetahui apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan pelanggan Anda.
2. Sumber Traffic
Setelah Anda menentukan Target Persona Anda, sekarang saatnya beralih ke sumber traffic — yang pada dasarnya, adalah channel yang Anda gunakan untuk mengarahkan pengguna ke Digital Marketing Funnel Anda — dalam digital marketing, hal itu bisa berupa:
- Direct Traffic: Orang yang mengetik nama domain Anda
- SEO: Siapa pun yang datang dari mesin telusur (search engine) melalui penelusuran organik
- Paid Traffic: Iklan yang Anda gunakan lewat Google atau Facebook, misalnya
- Social Media Traffic: Orang yang datang ke situs Anda dari media sosial
- Email Traffic: Orang yang datang ke stius Anda dari email
- Referral Traffic: Orang yang datang ke situs Anda dari situs lain
Setiap sumber traffic tidak bergantung dan berlaku untuk setiap langkah pada Digital Marketing Funnel.
Dalam panduan ini, saya hanya akan menyebutkan sumber traffic secara singkat, tetapi masing-masing cukup besar untuk memerlukan spesialisasi.
Misalnya, saya adalah seorang spesialis SEO yang berpengalaman cukup lama. Saya adalah bagian dari tim SEO dan ada perusahaan SEO di luar sana.
Anda bisa menjadi spesialis pemasaran email, bahkan menjadi bagian dari tim pemasaran email, atau Anda dapat bergabung dengan perusahaan pemasaran email.
Jika Anda ingin mempelajari lebih dalam salah satu sumber traffic untuk Digital Marketing Funnel, Anda bisa lihat ke panduan strategi kami yang lain:
Sekarang, mari kita bahas bersama setiap tahapan dalam Digital Marketing Funnel.
Top of Funnel
Pikirkan bagian teratas Digital Marketing Funnel sebagai “pasar massal” Anda.
Tujuan Anda di sini adalah untuk menarik banyak orang ke situs web Anda, saluran YouTube, podcast, akun Instagram, Tiktok, atau apapun yang Anda gunakan untuk bisnis.
Dalam pemasaran tradisional, taktik Top-of-Funnel mungkin berupa iklan TV atau papan reklame di jalan raya.
Dalam pemasaran digital, beberapa taktik yang dapat Anda gunakan meliputi:
- Membuat dan mengoptimalkan konten untuk mesin pencari
- Meluncurkan iklan digital di AdWords atau Facebook
- Memposting konten di jaringan media sosial yang menarik dan melibatkan followers
- Mengembangkan cross-promotion partnership dengan bisnis lain
- Mendapatkan liputan pers di media digital
Anda bisa menjadi sangat kreatif di sini — selama itu membantu Anda mendapatkan orang-orang baru yang relevan untuk melihat konten Anda, itu adalah taktik Top-of-the-funnel yang valid.
Middle of Funnel
Bagian tengah dari Digital Marketing Funnel ini fokus kepada mengubah traffic yang masuk dari atas dan convert mereka menjadi leads.
Leads ini artinya bukan pemimpin.
Leads adalah kumpulan orang-orang yang telah menunjukkan minat pada konten Anda dan bisa dihubungi untuk menjalin relasi.
Kuncinya adalah bisa menghubungi mereka.
Jadi, tujuan utama dari bagian tengah Digital Marketing Funnel adalah membuat sebanyak mungkin orang dari bagian atas funel memberikan Anda informasi kontak mereka agar dapat Anda gunakan untuk menjangkau mereka di lain waktu.
Mengkonversikan traffic menjadi leads bisa dengan cara mengajak mereka daftar di newsletter email Anda, menjadi pengikut media sosial, download e-book, dan lainnya.
Dengan mereka memberikan informasi kontak ke Anda, orang-orang ini telah menunjukkan minat pada apa yang Anda tawarkan.
Ini adalah waktu yang tepat bagi Anda untuk membangun kepercayaan dan mempersiapkan mereka untuk penawaran pada Digital Marketing Funnel paling bawah (bottom-of-the-funnel).
Dalam digital marketing, beberapa taktik yang dapat Anda gunakan pada bagian tengah Digital Marketing Funnel ini antara lain:
- Menawarkan konten bonus hanya dengan memberikan email (metode ini dikenal sebagai Lead Magnet)
- Memberitahu penonton YouTube secara verbal untuk subscribe ke channel Anda
- Membuat konsultasi gratis atau demo produk hanya dengan daftar sebagai member
- Menyelenggarakan webinar tentang topik yang menarik
- Mengirimkan email newsletter dengan konten yang menarik
- Membuat Facebook remarketing campaign untuk pengunjung situs Anda
- Membuat program affiliate marketing dan bekerjasama dengan komunitas diskon dan promo untuk mendapatkan traffic pembeli yang siap bertransaksi.
Sekali lagi, Anda bisa menjadi super kreatif disini — Anda mungkin perlu mencoba berkali-kali, melewati beberapa kegagalan (karena gagal ialah sukses yang tertunda), sebelum Anda menemukan titik terang pada bisnis Anda.
Ide dasarnya di sini adalah untuk memelihara dan menjalin hubungan dengan traffic yang didapatkan dari top-of-the-funnel, sehingga mereka dapat mengenal perusahaan dan produk Anda lebih jauh.
Bottom of Funnel
This is where the magic happens, sekarang mari kita terjun ke inti bisnisnya.
Sasaran utama Anda di bagian bawah Digital Marketing Funnel adalah memberikan keuntungan bagi bisnis Anda.
Di sini, Anda akan mendorong Leads yang sudah didapatkan di bagian tengah Digital Marketing Funnel untuk mengambil tindakan tertentu, seperti:
- Untuk bisnis digital seperti situs e-commerce, mungkin berakhir di pembelian
- Untuk bisnis fisik seperti praktek dokter, akan berakhir di janjian bertemu
- Untuk bisnis seperti Airbnb atau RedDoorz, bisa berupa pemesanan tempat tinggal (untuk tamu) dan mendaftarkan tempat tinggal (untuk tuan rumah)
Cari tahu apa yang paling penting untuk bisnis Anda dan terapkan taktik yang bisa membantu Anda ke arah bisnis yang benar.
Dalam digital marketing, ada beberapa taktik untuk bagian bawah Digital Marketing Funnel, seperti:
- Meluncurkan diskon untuk waktu terbatas
- Membundel berbagai produk dengan harga khusus
- Menerapkan program afiliasi untuk orang lain dengan tujuan mempromosikan produk digital Anda
- Mengirimkan email ketika pesanan masih di keranjang belanja tetapi belum dibayar
- Menambahkan testimonial ke halaman penjualan dan pembayaran untuk meningkatkan kepercayaan pada produk
Ada kesalahpahaman umum tentang bagian bawah Digital Marketing Funnel.
Banyak orang berpikir bahwa pengoptimalan pada bagian tersebut terbatas hanya pada halaman pembayaran di situs Anda, seperti mengubah warna CTA Button.
Jika Anda tetap memperbaiki proses pembayaran saja, Anda akan kehilangan 99% peluang untuk meningkatkan tahap paling bawah pada Digital Marketing Funnel.
Retensi, Monetisasi, and Love
Ini mungkin tahap Digital Marketing Funnel yang paling sering diabaikan.
Berikut adalah isi dari tahap ini:
- Retensi mengacu pada mempertahankan pelanggan. Dalam bisnis berbasis langganan seperti Netflix, taktik retensi ditujukan untuk mengurangi jumlah pelanggan yang membatalkan langganannya. Dalam bisnis yang tidak menggunakan fitur langganan, retensi mengacu pada pengurangan jumlah refund (pengembalian dana).
- Monetisasi mengacu pada peningkatan lifetime value pelanggan — ini adalah metrik dari jumlah total pendapatan yang dihasilkan oleh setiap pelanggan. Misalnya, jika Anda menjalankan situs e-commerce, Anda dapat mencoba membuat pelanggan yang sudah ada untuk membeli kembali.
- Love mengacu pada mendapatkan pelanggan yang ada untuk mengadvokasi produk dan merekomendasikan produk Anda kepada orang lain dan bisnis yang mereka kenal. Contohnya seperti Dropbox yang menawarkan storage space tambahan kepada pengguna yang mereferensikan teman lainnya.
Sebagian besar isi artikel pada blog dan studi kasus yang Anda temukan online hanya fokus pada 3 tahap awal Digital Marketing Funnel.
Padahal, tahap ini memiliki dampak terbesar dengan jumlah pekerjaan paling sedikit.
Itu mudah.
Pada tahap ini, Anda berurusan dengan orang-orang yang sudah cukup mempercayai Anda untuk menjadi pelanggan.
Mereka mungkin sudah tahu apa yang Anda tawarkan dan mengapa itu lebih baik daripada opsi lain di luar sana.
Meyakinkan segmen orang ini untuk tetap berada di sekitar (retensi), membeli lebih banyak (monetisasi), dan merekomendasikan Anda (love) lebih mudah daripada mencapai hal yang sama dengan orang asing.
Lihatlah seperti ini:
Siapa yang lebih cenderung mengatakan Anda tampan atau cantik?
Apakah:
- Ibu / Ayah / Pacar / Suami / Istri Anda
- atau orang asing di jalan?
Persis seperti itu.
Pada digital marketing, strategi ini bisa berupa:
- Meningkatkan jumlah cross-selling pada produk lainnya
- Meluncurkan program referral
- Menerapkan orientasi produk sehingga pengguna baru bisa mempelajari cara menggunakan produk Anda
- Menanyakan tingkat kepuasan pelanggan Anda
- Menawarkan diskon untuk paket tahunan vs paket bulanan (untuk layanan berlangganan)
- Memberi selamat ulang tahun kepada pelanggan
Tetapi ada catatan penting pada tahap Digital Marketing Funnel ini.
Jika Anda mengerjakan bisnis baru, jangan terlalu fokus pada retensi, monetisasi dan love.
Dapatkan pelanggan dulu, kerjakan setelahnya.
Jalur Cepat & Jalur Balik
Ini bukan bagian dari tahapan Digital Marketing Funnel, tetapi bagaimana cara menggerakan orang-orang mengikuti tahapan yang ada.
Secara teori…
Model funnel menyajikan cara yang rapi untuk memindahkan seseorang dari satu tahap ke tahap berikutnya.
Tetapi di kehidupan nyata tidak semudah itu.
Pasti lebih berantakan.
Meskipun Anda ingin semua orang mengikuti tahapan yang sudah disediakan, tapi kemungkinan akan terlihat seperti ini:
Beberapa orang akan langsung terjun dari Top of Funnel ke Bottom of Funnel.
Tetapi orang lain akan ada yang sudah sampai Bottom of Funnel lalu kembali ke Top of Funnel.
Itulah mengapa Anda perlu membangun Jalur Cepat dan Jalur Balik.
Jalur Cepat adalah jalur yang memungkinkan seseorang untuk melompati tahapan Digital Marketing Funnel dan melakukan konversi lebih cepat tanpa melewati tahapan lain.
Jika Anda memiliki seorang pelanggan yang ingin membeli produk tepat setelah mengunjungi situs Anda, tidak efisien untuk mewajibkan mereka mendaftar ke webinar sebelum mereka dapat kesempatan untuk mendaftar.
Jalur Cepat ini memastikan Anda tidak melewatkan konversi yang mudah.
Dalam digital marketing, ini mungkin akan terlihat seperti:
- Menerbitkan landing page yang memperlihatkan harga tanpa pengguna harus meminta penawaran
- Menambahkan live chat atau chatbot ke situs Anda, sehingga pengunjung bisa mendapatkan jawaban lebih cepat
- Mengizinkan pengguna mengklik link dalam email untuk menerima link berikutnya (alih-alih harus menunggu beberapa hari)
Jalur Balik adalah cara untuk membuat orang-orang yang keluar dari Digital Marketing Funnel, terjebak di suatu tahapan atau mundur ke tahapan sebelumnya dan mendorong mereka untuk kembali ke tahapan di dalam funnel.
Kebanyakan orang tidak akan mengikuti persis jalur yang Anda rancang pada Digital Marketing Funnel.
Tetapi membiarkan orang-orang keluar begitu saja dari Digital Marketing Funnel tanpa berusaha mengembalikan mereka ke jalan yang benar.
Itu tidak efisien untuk bisnis Anda.
Dalam digital marketing, ada beberapa contoh Jalur Balik:
- Melakukan Facebook remarketing campaign untuk orang-orang yang menambahkan barang ke keranjang tapi tidak menyelesaikan pembelian
- Menyebarkan newsletter yang melibatkan kembali orang-orang yang berhenti bergerak pada Digital Marketing Funnel
Banyak taktik yang bisa Anda jalankan.
Tetapi memikirkan Jalur Cepat dan Jalur Balik secara terpisah akan membantu Anda menghindari inefisiensi pada Digital Marketing Funnel.
Statistik: Bagaimana Cara Mengetahui Digital Marketing Funnel Anda Berfungsi?
Saat membangun Digital Marketing Funnel, Anda tidak boleh jika hanya berfokus pada penjualan.
Anda harus bisa menganalisis efisiensi menyeluruh dari funnel.
Di setiap tahap Digital Marketing Funnel, tugas Anda adalah meningkatkan presentase pengguna yang bergerak ke tahap berikutnya.
Ini berarti Anda akan berurusan dengan metrik yang lebih luas untuk membantu memahami apakah Digital Marketing Funnel berfungsi atau tidak.
Metrik yang lebih spesifik akan bergantung pada taktik spesifik yang digunakan pada setiap tahapan funnel — Anda mungkin harus menganalisanya secara individu dan bukan bagian dari analisis kinerja funnel Anda.
Sebagai pengigat, sasaran Anda di setiap tahapan funnel biasanya:
- Top of Funnel: Mendapatkan traffic yang lebih relevan
- Middle of Funnel: Mendapatkan lebih banyak prospek
- Bottom of Funnel: Mendapatkan lebih banyak penjualan
- Retensi, Monetisasi, dan Love: Meningkatkan lifetime value pelanggan
Mari kita gali satu per satu.
1. Traffic (Top of Funnel)
Tidak jadi masalah jika Anda sudah optimasi secara maksimal bagian tengah dan bawah Digital Marketing Funnel jika tidak ada yang melihat konten Anda di bagian atas funnel.
Di bagian paling atas funnel, tujuan Anda adalah menampilkan konten ke sebanyak mungkin orang sesuai target pasar Anda.
Ingat garis bawahi ini: Tampilkan konten Anda sebanyak mungkin ke orang-orang sesuai target pasar Anda.
Biasanya, traffic menjadi metrik yang cukup bagus untuk bagian atas funnel…
…tetapi masuknya satu juta kunjungan per hari tidak akan berguna kecuali mereka adalah audiens target Anda.
Misalnya, jika Anda menjalankan situs web penjualan makanan cepat saji di Jakarta, itu tidak akan membantu bisnis Anda jika menarik traffic dari Padang. Kejauhan.
Protip: Meskipun Anda tidak menjalankan situs web, ada metrik yang mirip dengan traffic untuk sebagian besar platform yang dapat Anda gunakan untuk funnel bagian atas. Misalnya, pemilik channel YouTube dapat melacak jumlah views dan pemilik akun Instagram dapat melacak jumlah impressions.
2. Bounce Rate (Top of Funnel)
Engagement tinggi adalah indikator yang baik bahwa traffic yang Anda dapat benar-benar tertarik dengan konten Anda…
Dan Bounce Rate adalah metrik yang baik untuk mewakilkan engagement.
Bounce Rate dihitung berdasarkan persentase orang yang meninggalkan situs Anda tanpa berinteraksi sama sekali.
Anda dapat menganggapnya seperti orang yang baru masuk situs web, lalu mengatakan:
“Hmm, ini bukan yang saya cari”
Lalu pergi begitu saja
Bounce Rate yang lebih rendah biasanya karena jumlah engagement yang tinggi, dengan kata lain, konten Anda relevan dengan yang melihatnya.
Bounce Rate juga digunakan oleh banyak algoritme yang akan memengaruhi upaya terbaik dari bagian atas funnel Anda.
Bounce Rate tinggi dapat menyebabkan peringkat situs di mesin pencari lebih rendah dan biaya untuk kampanye iklan Anda cenderung lebih mahal.
Daripada hanya melihat traffic di bagian atas funnel, pertimbangkan juga Bounce Rate sebagai bagian dari metrik Anda.
3. Leads Baru (Middle of Funnel)
Tujuan utama Anda di bagian tengah funnel adalah mengumpulkan sebanyak mungkin prospek dari traffic yang sudah didapatkan di bagian atas Digital Marketing Funnel.
Tergantung pada bisnis Anda, cara untuk melacak prospek baru akan bervariasi:
- Jika pelanggan email dianggap sebagai prospek, Anda dapat melacak pertumbuhan pelanggan Anda
- Jika prospek ditentukan oleh tindakan yang relevan di situs, Anda dapat menyiapkan pelacakan konversi dengan Google Analytics
- Jika seseorang menjadi prospek setelah dikualifikasi oleh Sales Agent, Anda dapat menghitung jumlah peluang baru di Salesforce (atau CRM apa pun yang digunakan perusahaan Anda)
Hal terpenting dalam pelacakan leads atau prospek adalah:
- Setiap orang di perusahaan atau tim marketing harus mengetahui apa yang dimaksud dengan prospek
- Seharusnya mudah untuk mengetahui berapa banyak prospek yang ada dan berapa banyak yang ditambahkan dari waktu ke waktu.
4. Penjualan (Bottom of Funnel)
Yang ini seharusnya cukup jelas.
Satu kesalahpahaman yang kita lihat pada orang-orang adalah mereka tidak melacak apa pun yang ada di bagian bawah Digital Marketing Funnel karena salah satu dari dua alasan berikut:
- Mereka bekerja di organisasi non-profit
- Mereka tidak melakukan penjualan secara online
Jika Anda bekerja di organisasi non-profit, Anda harus menemukan metrik yang setara untuk dilacak dan dioptimalkan — seperti donasi, penjualan tiket, dan lain-lain.
Jika Anda tidak melakukan penjualan secara online, Anda tetap harus melacak penjualan karena Anda bertanggung jawab atas jumlah dah kualitas prospek yang Anda dapatkan melalui situs.
5. Average Order Value (Bottom of Funnel)
Sama seperti Anda melancak penjualan, harus memperhatikan berapa banyak — secara rata-rata — yang dihabiskan setiap pelanggan saat Anda melakukan penjualan.
Jika nilai rata-rata pesanan rendah, itu tidak selalu buruk.
Sebuah bisnis dapat menghasilkan banyak uang dengan menjual banyak produk murah.
Namun mengawasi metrik ini membantu Anda mengindentifikasi jenis produk yang lebih banyak Anda jual, jenis pelanggan mana yang lebih baik dalam konversi, atau promosi mana yang lebih berhasil dalam mengonversi pelanggan.
Mengetahui nilai rata-rata pesanan Anda juga membantu dalam membuat perkiraan atau estimasi.
Misalnya, jika Anda mengetahui bahwa setiap pelanggan membelanjakan rata-rata Rp 100.000, Anda tahu bahwa Anda akan membutuhkan sekitar 100 dari mereka untuk menghasilkan Rp 10.000.000 dalam pendapatan.
6. Lifetime Value Pelanggan (Retensi)
Metrik ini terdengar lebih rumit dari yang sebenarnya.
Lifetime Value Pelanggan mewakili jumlah total pendapatan yang dihasilkan oleh pelanggan tertentu selama ada rentang hubungan mereka dengan perusahaan Anda.
- Jika pelanggan mendaftar langganan bulanan sebesar Rp 50.000 dan membatalkan setelah bulan ketiga, maka Lifetime Value mereka adalah Rp 150.000 (Rp 50.000 x 3)
- Jika pelanggan membeli Produk Z seharga Rp 100.000 di bulan 1 dan Produk X seharga Rp 20.000 di bulan 6, maka Lifetime Value mereka adalah Rp 120.000 (Rp 100.000 + Rp 20.000)
- Jika pelanggan membeli produk seharga Rp 75.000, kemudian meminta pengembalian dana dan tidak pernah kembali lagi, maka Lifetime Value mereka adalah Rp 0.
Tujuan Anda adalah untuk meningkatkan Lifetime Value pelanggan sebanyak mungkin.
7. Churn (Retensi)
Model pendapatan berbasis langganan menjadi semakin populer setiap hari.
Untuk jenis bisnis tersebut, sangat penting untuk melacak churn.
Churn adalah metrik untuk persentase orang yang membatalkan langganan selama jangka waktu tertentu.
Ini dihitung sebagai jumlah orang yang membatalkan langganan selama suatu periode, dibagi dengan jumlah total pelanggan di awal periode tersebut.
Churn rate yang tinggi berarti Anda harus menginvestasikan resource untuk retensi — tugas Anda adalah menjaga churn serendah mungkin.
Tools Terbaik Untuk Digital Marketing Funnel
Sudahkah Anda memutuskan tool apa yang akan Anda gunakan dalam digital marketing funnel?
Apakah Anda yakin, tools tersebut akan membuat funnel Anda bergantung pada taktik yang Anda putuskan untuk diterapkan di setiap tahapan funnel?
Ataukah, Anda masih ragu?
Sebelum memutuskan, ada baiknya Anda ketahui beberapa digital marketing funnel tool yang akan berguna bagi Anda saat mengerjakan strategi funnel dan bagaimana cara Anda mengoptimalkannya.
Tools Digital Marketing Funnel yang dimaksud adalah:
- Google Analytics: Tool analisis web paling populer di dunia. Dengan menyiapkan sasaran dan event, Anda akan dapat melacak kinerja digital marketing funnel Anda (di antara banyak hal lainnya.)
- Funnelytics: Saat Anda membuat dan menambahkan elemen ke funnel, melacak cara kerja semuanya bisa menjadi rumit. Funnelytics merupakan digital marketing funnel tool yang dirancang untuk memudahkan pembuatan visualisasi tentang cara kerja funnel Anda yang dapat Anda gunakan untuk dokumentasi atau dibagikan dengan tim Anda.
Panduan Cepat: Bagaimana Membangun Digital Marketing Funnel Pertama Anda
Digital marketing funnel bisa diterapkan baik untuk bisnis pemula, maupun perusahaan besar.
Langkah pertama yang perlu Anda lakukan untuk mulai membangun digital marketing funnel adalah menemukan perusahaan atau bisnis.
Untuk mulai membangun digital marketing funnel, perhatikan beberapa langkah berikut:
- Bangun digital marketing funnel untuk bisnis Anda sendiri. Jika Anda sudah memiliki bisnis, Anda dapat menggunakan apa yang telah Anda pelajari untuk mengembangkannya.
- Mulai situs web atau blog Anda sendiri. Jika Anda tidak memiliki bisnis, inilah hal terbaik berikutnya (dan bagaimana saya memulainya). Dengan mulai membangun digital marketing funnel dari awal, Anda akan memiliki lebih banyak kebebasan untuk bereksperimen dan Anda tidak perlu terlalu khawatir akan mengacaukannya. Sisi negatifnya, Anda mungkin akan kesulitan menemukan audiens untuk memulai.
- Temukan bisnis yang dapat Anda bantu. Mungkin ada bisnis di tempat Anda bekerja, perusahaan teman, atau bisnis kecil di tempat Anda tinggal. Opsi ini memiliki kelebihan karena Anda akan dapat melihat hasil (atau kekurangannya) lebih cepat dan mungkin dapat menemukan seseorang yang tepat untuk membimbing Anda dalam membangun digital marketing funnel.
Setelah Anda mengetahuinya, berikut cara untuk melanjutkannya:
Selesai membaca panduan ini, tentu saja.
Hasil: Anda akan memiliki pemahaman mendasar tentang cara kerja digital marketing funnel dan cara membangunnya. Bagian terakhir dari panduan (“Perangkap”) sangat penting terutama jika Anda baru mengenal digital marketing funnel.
Buat daftar semua kemungkinan taktik yang dapat Anda buat yang akan membantu Anda membangun digital marketing funnel (melakukan webinar, mengoptimalkan konten untuk mesin telusur, mencari partnership/kemitraan, dll.) Jika memungkinkan, tanyakan juga ide orang lain di perusahaan.
Hasil: Anda akan memiliki seluruh alur eksperimen pertumbuhan untuk diluncurkan selama beberapa minggu atau bulan.
Di samping setiap taktik, tentukan tahap funnel mana yang dimiliki pada setiap taktik.
Hasil: Ini akan membantu Anda menetapkan prioritas tingkat pertama untuk eksperimen Anda. Misalnya, jika bisnis memiliki banyak traffic tetapi tidak memiliki cukup lead, Anda mungkin harus mulai membangun digital marketing funnel dengan melakukan eksperimen middle-of-the-funnel; atau jika bisnis tersebut baru, Anda harus memulai dengan bagian top-of-the-funnel sebelum menguji eksperimen bagian bottom-of-the-funnel.
Tetapkan skor (dari 1 hingga 5) untuk kesulitan implementasi dan tingkat pengaruhnya. Jika sebuah taktik terlalu sulit untuk diterapkan, berikan skor kesulitan 1. Jika sebuah taktik kemungkinan besar akan menguntungkan bisnis secara signifikan, berikan skor pengaruh 5.
Hasil: Setelah Anda mengetahui tahap funnel mana dalam digital marketing funnel yang harus ditangani terlebih dahulu, skor ini akan membantu Anda memprioritaskan urutan peluncuran eksperimen Anda.
Tetapkan tujuan dan jangka waktu. Untuk setiap taktik yang Anda uji, tentukan sasaran (seperti traffic, follower, sales, dll.) dan periode waktu yang Anda harapkan untuk mencapai sasaran tersebut.
Hasil: Anda akan memiliki cara mudah untuk mengetahui apakah usaha Anda bekerja seperti yang diharapkan atau tidak. Selain itu, Anda secara bertahap akan menjadi lebih baik dalam menyiapkan tujuan dan target.
Amati, tiru, modifikasi (reverse engineer) adalah praktik terbaik. Setelah Anda mengetahui taktik mana yang akan Anda uji, cari orang dan perusahaan yang berhasil menggunakan taktik tersebut untuk mempelajari bagaimana mereka melakukannya (tanyakan sekitar untuk menemukan ini!) Adaptasi (jangan mencuri) apa yang Anda pelajari untuk bisnis Anda. Protip: Jangan membaca postingan blog tentang taktik ini — sebagian besar akan memberikan saran yang sangat dangkal dan tidak membantu tentang digital marketing funnel.
Hasil: Anda akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang cara meluncurkan setiap taktik dengan sukses, daripada harus memikirkan semuanya dari awal.
Terapkan taktik Anda.
Hasil: Cukup jelas.
Tinjau apa yang berhasil, apa yang tidak, bagaimana cara meningkatkannya. Hentikan yang tidak berhasil, dan lanjutkan ke eksperimen berikutnya.
Hasil: Anda akan belajar dari kesuksesan dan kegagalan Anda dan menggunakan pengalaman itu untuk membangun digital marketing funnel Anda.
Perangkap: Hindari Jebakan Digital Marketing Funnel Ini!
Membangun funnel dalam strategi digital marketing funnel membutuhkan banyak kerja keras.
Anda akan gagal berkali-kali sebelum berhasil.
Tidak jarang Anda mencoba banyak hal yang tidak berhasil.
Atau bahkan mencoba hal yang sama 10 kali sebelum funnel Anda mulai bekerja.
Tetapi ketika Anda menemukan hal yang berhasil, yakinlah itu dapat mengubah arah bisnis secara dramatis.
Ini adalah beberapa kesalahan yang pernah saya buat ketika saya memulai.
Hindari dan selamatkan diri Anda dari kerumitan ini.
1. Fokus pada Tahap Funnel yang Salah
Sejauh ini, fokus pada tahap funnel yang salah adalah kesalahan yang paling umum dilakukan dalam digital marketing funnel
Sadarilah, di mana upaya Anda yang akan memberikan pengaruh terbesar bagi bisnis yang Anda jalani.
Jika bisnis tidak memiliki traffic atau leads, ini akan membuang-buang waktu Anda untuk mencoba dan mempermudah proses pembayaran.
Jika bisnis sudah mengkonversi 15% leads menjadi pelanggan, lebih baik Anda bekerja dengan menggandakan jumlah leads daripada mencoba meningkatkan rasio konversi ke pelanggan sebesar satu poin persentase.
Cari tahu di mana lubang (holes) pada funnel dan kerjakan berdasarkan itu.
2. Mencoba Meniru Studi Kasus yang Berhasil
“Bagaimana kami meningkatkan rasio konversi sebesar 47% dengan taktik sederhana ini.”
“Bagaimana perusahaan ini berubah dari nol menjadi $ 50 juta dalam 2 tahun.”
Beberapa minggu setelah Anda terjun dalam digital marketing, Anda akan mulai memperhatikan berita utama (headlines) seperti di atas, ada di mana-mana.
Sebelum Anda mencoba meniru taktik ini, ingatlah:
- Apa yang berhasil untuk perusahaan lain mungkin tidak berhasil untuk Anda. Bahkan, jika mereka berada dalam industri yang sama.
- Orang yang menulis artikel ini dapat (dan akan, biasanya) memilih cara untuk menghitung dan menampilkan hasil agar terlihat jauh lebih mengesankan daripada yang sebenarnya.
- Perusahaan ini biasanya mengabaikan detail penting dari konten, untuk melindungi diri dari persaingan.
Studi kasus adalah sumber inspirasi yang bagus untuk channel Anda sendiri, tetapi tidak lebih dari itu.
Jika digital marketing funnel semudah menyalin studi kasus, semua orang akan mendapat uang dengan mudah.
3. Menjadi Terlalu Manis
Saya jatuh cinta pada hal ini sepanjang waktu.
Tahukah Anda jika itu disebabkan oleh perkembangan konten growth hacking?
Headline seperti:
“Perusahaan ini menggunakan chatbot untuk menghasilkan 30% lebih banyak penjualan”
Itu dapat membuat Anda merasa seperti seakan-akan kehilangan peluang besar jika tidak menggunakan chatbot.
Dan hal yang sama terjadi dengan social media channel terbaru, marketing tool, taktik yang sedang tren, atau growth hacking.
Saya biasa menyebut ini dengan “mencoba menjadi terlalu manis”
Yang kami maksud adalah lebih baik tetap berpegang pada dasar-dasarnya sebelum mencoba membuat sesuatu yang super rumit atau membayar tool yang mahal.
Seperti pada contoh berikut:
- Sebelum Anda mencoba menambahkan chatbot ke situs Anda, mungkin coba tambahkan formulir kontak (contact form) dan lihat apakah orang benar-benar akan meminta bantuan.
- Sebelum Anda mencoba membuat urutan email yang rumit, coba kirimkan ke sekelompok kecil pelanggan untuk menguji apakah itu benar-benar berfungsi.
Setelah Anda memvalidasi bahwa ide dasar tersebut layak untuk dikejar, Anda dapat mulai menambahkan lebih banyak kerumitan padanya — bukan sebelumnya.
Itulah yang di maksud “menjadi terlalu manis” dalam perangkap digital marketing funnel.
4. Berpikir Anda Tidak Dapat Membuat Funnel untuk Jenis Bisnis ANDA
Saya benar-benar terkejut dengan yang satu ini, tetapi saya sering menemukannya sehingga layak ditambahkan ke daftar perangkap digital marketing funnel.
Mudah bagi orang menganggap bisnis mereka unik.
Bahkan, mereka menyebutkan bahwa banyak hal yang disampaikan dalam panduan ini tidak akan berhasil untuk mereka.
Organisasi non-profit adalah contoh ideal yang mewakili kondisi ini.
Hanya karena perusahaan tidak mengoptimalkan keuntungan, bukan berarti mereka tidak dapat membuat funnel.
Sebuah organisasi non-profit (yang ideal) masih memiliki tujuan yang ingin dipenuhi: Jumlah donasi, jumlah peserta di suatu acara, sejumlah orang / hewan / bangunan / organisasi / komunitas untuk membantu.
Anda dapat membuat funnel untuk mencapai semua tujuan organisasi non-profit tersebut.
Apa yang dijelaskan dalam panduan ini adalah serangkaian prinsip yang luas untuk membantu Anda menyusun jalan, bagi orang-orang untuk melakukan tindakan/action, yang akan menguntungkan perusahaan tempat Anda bekerja — tidak masalah apakah itu untuk peningkatan penjualan ataupun untuk tujuan lain.