Digital Decluttering: Cara “Rapi-Rapi Rumah” Untuk Bisnis

digital decluttering
Foto ilustrasi dari Pexels

Bayangkan Anda ingin menjual sesuatu, tapi pelanggan harus melewati “sebuah rumah” dengan enam pintu, tiga lorong, dan dua tangga hanya untuk menemukan tombol “beli.”

Apakah mereka akan tetap tertarik melakukan pembelian? Atau malah akan menyerah di tengah jalan?

Inilah yang sering terjadi dalam dunia dan praktik strategi digital marketing: kita sibuk menambahkan banyak fitur, link, tab, dan konten, sampai lupa bahwa orang tidak punya waktu — dan energi — untuk menavigasi semuanya.

Di sinilah konsep digital decluttering menjadi penting!

Singkatnya, digital decluttering adalah:

Proses menyederhanakan dan “merapikan” elemen-elemen digital—baik konten, desain, tools, hingga funnel pemasaran—agar semuanya bisa lebih fokus, jelas, dan efektif untuk mendorong konversi.

Tapi, seberapa pentingnya praktik “rapi-rapi” ini?

Tentang Digital Decluttering

sribu business
Ingin penjualan bisnis cepat naik? Sribuin Aja!

Kenapa Anda Bisnis Perlu “Beres-Beres Digital”

Sama seperti ketika rumah yang terlalu penuh bisa membuat sumpek, aset digital yang berantakan juga bisa sangat mengganggu performa pemasaran brand Anda.

Menurut laporan dari Google, 53% pengguna akan meninggalkan sebuah halaman website jika loading-nya lebih dari 3 detik.

Dan kemungkinan, masalah loading ini berasal dari desain yang terlalu kompleks dan tidak efisien di website tersebut.

Selain itu, dalam studi oleh NN Group dijelaskan bahwa seorang pengguna cenderung akan mengalami kebingungan ketika diberikan terlalu banyak opsi dalam satu layar.

Artinya:

Semakin banyak objek, fitur, atau konten yang Anda tampilkan sekaligus, semakin besar kemungkinan para audiens untuk tidak melakukan apa pun.

Area-Area yang Perlu Dirapikan

Foto ilustrasi dari Unsplash

Proses decluttering atau “rapi-rapi” ini bisa dimulai dari lima langkah utama:

1. Konten

Terlalu banyak artikel blog, highlight Instagram, atau bahkan konten FAQ bisa menimbulkan kebingungan.

Contoh konten highlight informatif
Contoh konten highlight informatif dari profil IG @sribu

Oleh karena itu, evaluasi konten Anda secara berkala untuk menjawab:

  • Apakah konten masih relevan dan akurat?
  • Apakah ini konten yang sering dibaca atau diakses?
  • Bisakah dua konten serupa digabung menjadi satu konten yang lebih ringkas?

Alih-alih terus membuat konten baru, memperbarui dan mengoptimalkan konten lama yang masih memiliki performa baik bisa jadi pilihan yang lebih bijak.

2. Desain Visual

Desain yang terlalu ramai atau tidak konsisten bisa membuat pengguna kewalahan, jadi:

  • Gunakan palet warna yang konsisten dan tidak terlalu mencolok
  • Batasi penggunaan font dan ukuran huruf
  • Pastikan setiap elemen visual mendukung tujuan utama halaman (misalnya, tombol CTA tidak tenggelam di antara dekorasi halaman)

(Baca juga: Apa Itu CTA (Call-To-Action)? Ini Definisi & Strateginya)

3. Funnel dan Alur Navigasi

desain interface website
Ilustrasi dari Picjumbo

Selanjutnya, periksa jalur yang ditempuh calon pelanggan dari titik pertama (misalnya: link Instagram) hingga ke titik akhir yang diinginkan(misal: halaman pembayaran di website Anda):

  • Apakah proses ini terlalu panjang?
  • Apakah ada langkah yang bisa digabungkan atau dipangkas?
  • Apakah semua CTA mengarah ke tujuan yang tepat?

Semakin pendek dan intuitif jalur ini, maka semakin besar kemungkinan akan terjadinya konversi.

4. Platform Digital

aplikasi mobile
Foto ilustrasi dari Pexels

Terlalu banyak channel promosi pun bisa membuat brand terlihat tidak fokus!

Coba lihat:

  • Apakah semua akun media sosial masih aktif dan konsisten?
  • Apakah Anda menjawab pesan di semua channel tersebut?
  • Apakah tautan bio diarahkan ke halaman yang sudah tidak aktif?

Jika iya, mungkin sudah saatnya menyederhanakan.

Fokuskan semua kegiatan pemasaran pada kanal yang paling efektif dan tinggalkan yang sudah tidak lagi relevan.

5. Tools & Automasi

Tool marketing yang menumpuk bisa menyebabkan keruwetan teknis dan biaya tambahan, jadi:

  • Lakukan audit semua tools yang digunakan: adakah fungsi yang tumpang tindih?
  • Hapus automasi yang sudah tidak digunakan atau tidak efektif
  • Gunakan satu platform terpadu jika memungkinkan
sribu business
Ingin penjualan bisnis cepat naik? Sribuin Aja!

Dampak Nyata Setelah Decluttering

Digital decluttering bukan hanya akan membuat bisnis Anda terlihat lebih “rapi”, tapi juga bisa:

  • Meningkatkan user experience. Pengunjung lebih mudah menemukan informasi penting dan merasa nyaman dalam berjelajah
  • Meningkatkan kepercayaan. Tampilan dan alur yang rapi memperkuat citra profesional
  • Meningkatkan konversi. Karena hambatan-hambatan kecil yang tidak disadari sebelumnya telah dihilangkan
  • Membuat tim lebih fokus. Karena hanya perlu mengelola kanal dan konten yang benar-benar penting

Contohnya, sebuah brand kuliner lokal awalnya memiliki lima tautan berbeda di bio Instagram: ke Tokopedia, Shopee, WhatsApp, katalog PDF, dan form event.

Setelah dirapikan menjadi satu landing page saja dengan navigasi yang jelas, mereka bisa mencatat peningkatan CTR hingga 40% dalam waktu dua minggu!

Bagaimana Memulainya?

2 tangan pengguna laptop
Foto ilustrasi dari Unsplash

Digital decluttering bukan proyek sekali beres, tapi merupakan proses yang perlu dilakukan secara berkala dan bertahap.

Untuk memulai:

  1. Audit aset digital Anda — Lakukan pencatatan semua channel, halaman, konten, dan tools yang digunakan
  2. Tentukan prioritas — Mana yang paling penting untuk tujuan utama bisnis Anda?
  3. Libatkan tim — Tanyakan pada tim CS atau sales, elemen apa yang paling sering membuat pelanggan bingung?
  4. Bersikap kritis — Hanya karena satu elemen sudah lama ada, bukan berarti harus terus dipertahankan
  5. Lakukan maintenance rutinJadwalkan evaluasi tiap 3–6 bulan

Penutup

Digital decluttering bukan soal tren estetik atau mengikuti gaya minimalis.

Metode ini adalah soal efisiensi, kejelasan, dan fokus.

Di era di mana perhatian pengguna sangat terbatas, hanya brand yang mampu menyampaikan pesan secara ringkas dan tepat sasaran-lah yang akan bertahan.

Kadang, yang membuat strategi digital kita tidak efektif bukan karena kurangnya ide baru—tapi karena terlalu banyak hal yang dibiarkan menumpuk.

Oleh karena itu, sebelum membuat konten atau kampanye selanjutnya, coba menengok ke rumah dulu dan tanyakan: apa yang bisa dirapikan hari ini?


Sebagai penutup, Anda yang tertarik ingin mulai beriklan online kini bisa memanfaatkan jasa dari Sribu Business sebagai solusi praktis.

Dengan harga layanan mulai dari Rp 3 Juta saja, tim profesional kami akan menangani iklan Anda mulai dari membuat konten, memulai kampanye, mengoptimasi, dan mengelolanya sesuai kebutuhan.

Untuk mempelajari lebih lengkap, silahkan hubungi tim support Sribu Business (WA)  atau langsung mengacu ke dokumen berikut.

Akhir kata, semoga pembahasan ini bermanfaat & sampai jumpa di artikel selanjutnya!

(Jangan lupa subscribe ke Blog Sribu dan follow akun Instagram Sribu supaya tidak ketinggalan informasi menarik lainnya terkait dunia digital marketing, SEO, dan tren pasar terkini.)

Raski Santika
Raski Santika adalah Blog Writer & Editor di Sribu. Melalui tulisannya, ia ingin menginspirasi, mengedukasi, serta membantu para pemilik usaha & talent freelancer digital Indonesia untuk terus berkembang serta mempelajari ilmu baru.