Saat ini, kita hidup di era di mana konten adalah mata uang paling berharga dalam dunia digital.
Tapi, seperti semua hal yang berharga, membuat konten juga memerlukan energi, waktu, dan sumber daya yang tidak sedikit.
Bagi Anda pemilik bisnis atau konten kreator yang harus hadir di banyak platform sekaligus—Instagram, blog, TikTok, newsletter, dan lainnya—tekanan untuk terus “hadir” ini bisa menjadi sangat melelahkan.
Ini terutama penting bagi Anda yang berkutik di bidang pemasaran melalui konten, karena bisa menjadi isu dalam aktivitas bekerja sehari-hari.
Strategi yang akan kita bahas ini bukan sekadar memotong-motong video panjang jadi klip pendek, tapi merupakan cara berpikir ulang tentang potensi satu ide, agar bisa menjangkau audiens berbeda di platform berbeda tanpa kehilangan konsistensi pesan.

Kenapa Repurposing (Daur Ulang) Konten Penting
Mari kita mulai pembahasan dengan sebuah data.
Menurut Content Marketing Institute, 60% dari marketer B2B paling sukses menggunakan strategi repurposing konten sebagai bagian dari aktivitas mereka.
Ini dilakukan bukan hanya soal efisiensi saja, tapi juga tentang bagaimana audiens saat ini menyerap sebuah informasi.
Tidak semua orang suka membaca artikel 1.000 kata.
Sebagian lebih suka menonton video 60 detik.
Yang lain mungkin lebih menyukai slide carousel atau konten infografik.
Dengan melakukan daur ulang, Anda tidak hanya akan memaksimalkan potensi konten, tapi juga membuka lebih banyak pintu untuk audiens menemukan konten Anda!
Prinsip Dasar: Jangan Ubah Pesan, Ubah Format!


Banyak yang keliru mengira repurposing/daur ulang artinya menulis ulang konten sama dengan kata-kata yang berbeda.
Padahal, esensinya bukan ada di sana.
Inti dari repurposing adalah untuk menyampaikan pesan inti yang sama dalam format dan gaya penyampaian berbeda, sesuai dengan karakter channel distribusinya.
Sebagai gambaran, satu topik bisa dikemas sebagai:
- Artikel mendalam di blog (untuk keperluan SEO dan meningkatkan otoritas)
- Thread edukatif di X/Twitter
- Slide carousel di Instagram atau LinkedIn
- Video pendek di TikTok dan Reels
- Infografik di Pinterest
- Cuplikan kutipan untuk IG Story
- Newsletter mingguan ke pelanggan
- Episode podcast
- Topik webinar atau sesi live, dan
- FAQ untuk halaman produk atau landing page
Dengan cara ini, satu ide bisa bekerja lebih efektif untuk Anda, tanpa terasa seperti pengulangan yang malas.
Contoh: Dari Artikel Blog Menjadi Konten di 7 Channel


Misal, Anda menulis sebuah artikel blog berjudul “5 Cara Efektif Meningkatkan Engagement di Instagram”, berikut bagaimana konten tersebut bisa didaur ulang secara strategis di banyak channel yang berbeda:
- Instagram Carousel: Buat 5 slide, masing-masing mewakili satu poin dari artikel
- Video TikTok/Reels: Soroti satu tips utama dengan visual cepat dan narasi praktis
- Thread di X: Jabarkan seluruh isi artikel menjadi rangkaian tweet
- Newsletter Mingguan: Kirim versi ringkas artikel dengan CTA untuk membaca versi lengkap
- Story Series: Pecah konten jadi story harian selama 5 hari
- Podcast Mini: Bicarakan opini pribadi Anda tentang topik tersebut dalam 5–10 menit
- FAQ Page: Gunakan satu poin jadi bagian dari pertanyaan umum di landing page situs Anda
(Baca juga: 7 Ide Konten Instagram 30 Hari Berkonsep Unik & Original)
Tantangan yang Biasa Dihadapi (dan Cara Menyiasatinya)


- “Nanti audiens bosan nggak sih kalau kontennya mirip-mirip?”
Ini kekhawatiran yang pasti dirasakan.
Tapi ingat, setiap platform punya karakter audiens dan algoritma tersendiri.
Tidak semua audiens Anda akan melihat semua konten di semua channel.
Justru dengan variasi format, Anda bisa memberi kesempatan lebih besar agar pesan diterima secara lebih luas.
- “Tapi saya tidak punya tim konten besar…”
Repurposing justru cocok untuk tim yang kecil!
Karena Anda bisa membuat konten utama (misalnya blog atau video), lalu mengalokasikan waktu khusus setiap minggu untuk mendaur ulang.
Untuk praktik ini, tools seperti Notion, Canva, atau Descript bisa sangat membantu.
- “Repurposing bikin capek karena butuh kreativitas banyak.”
Justru sebaliknya.
Dengan satu topik sebagai fondasi, Anda bisa kemudian hanya fokus pada eksekusi, tanpa perlu melakukan riset ulang.
Tips Memulai Strategi Repurposing
- Mulai dari konten yang performanya paling tinggi. Cek data analitik Anda. Artikel, video, atau post mana yang paling banyak mendapat engagement? Konten tersebut bisa jadi materi fokus utama untuk repurposing.
- Buat template format untuk setiap channel. Misalnya: setiap artikel blog akan selalu dibuat versi carousel, story, dan video pendek. Dengan template seperti ini, workflow jadi lebih otomatis dan mudah dikerjakan.
- Jaga konsistensi nada dan gaya bicara. Meskipun beda platform, suara brand Anda harus tetap terasa sama.
- Jangan sekadar repost. Ubah cara penyajian, sudut pandang, atau ilustrasi. Konten akan terasa lebih segar dan variatif meski intinya sama.

Penutup
Repurposing konten bukan strategi untuk malas-malasan.
Justru sebaliknya—ini adalah metode yang cerdas untuk memaksimalkan ide, tenaga, dan waktu yang Anda miliki.
Di tengah tekanan membuat konten setiap hari, repurposing adalah cara untuk tetap relevan, hadir, dan membangun brand dengan fondasi yang lebih kuat.
Karena di dunia digital, bukan siapa yang paling sering muncul yang akan menang, tapi siapa yang bisa hadir di banyak tempat dengan pesan yang tetap bermakna.
Satu topik, sepuluh hasil—dan semua bisa dimulai dari satu ide sederhana!
Sebagai penutup, kami di Sribu selalu menyediakan peluang untuk Anda yang tertarik bekerja sebagai freelancer online.
Jika tertarik mendaftar atau ingin mempelajari lebih lanjut, silakan kunjungi link berikut.
Akhir kata, semoga pembahasan ini bermanfaat & sampai jumpa di artikel selanjutnya!
(Jangan lupa subscribe ke Blog Sribu dan follow akun Instagram Sribu supaya tidak ketinggalan informasi menarik lainnya terkait dunia digital marketing, SEO, dan tren pasar terkini.)