Brand Communication Terasa “Hambar”? Cek 5 Aspek Ini

brand communication
Ilustrasi dari Pixabay

Dalam kebutuhan branding sebuah bisnis, menyusun strategi brand communication yang efektif bukan hanya mengejar satu posting viral atau membuat slogan yang catchy.

Yang lebih penting adalah bagaimana cara Anda menyampaikan pesan dan menyentuh emosi mereka.

Sayangnya, banyak pelaku usaha—baik startup maupun perusahaan lama—terjebak dalam sebuah rutinitas menyampaikan pesan tanpa makna yang kuat.

Akibatnya, komunikasi brand mereka terdengar hambar, generik, dan mudah diabaikan.

Masalahnya, audiens hari ini tidak kekurangan informasi. Mereka kekurangan koneksi.

Dalam dunia yang sangat penuh distraksi seperti sekarang, sebuah brand perlu lebih dari sekadar “didengar”—ia harus dirasakan.

Kalau selama ini Anda merasa bahwa komunikasi brand tidak memberikan dampak sesuai harapan—engagement rendah, audiens tidak antusias, atau pesan tidak viral—mungkin salah satu dari aspek di bawah ini belum dijalankan dengan benar.

5 Aspek Terpenting Brand Communication

jasa sribu business
Ingin penjualan bisnis cepat naik? Sribuin Aja!

1. Kejelasan Pesan (Message Clarity)

Satu kesalahan paling umum dalam brand communication adalah mengira bahwa audiens akan memahami maksud pesan hanya karena Anda sendiri merasa pesannya sudah jelas.

Padahal, pesan brand harus dibuat agar bisa dicerna dalam waktu singkat—baik secara visual maupun verbal.

Ini berlaku di semua saluran: media sosial, website, kemasan produk, hingga iklan billboard.

Menurut Nielsen Norman Group, rata-rata pengguna hanya membaca 20–28% teks pada halaman web yang mereka buka.

Artinya, semakin padat atau ambigu pesan Anda, semakin besar kemungkinan audiens untuk melewatkannya.

Oleh karena itu, pastikan setiap materi komunikasi Anda langsung menjawab satu pertanyaan penting: “Apa satu hal yang harus audiens ingat setelah melihat pesan?”

Jika jawaban Anda membingungkan atau terlalu panjang, berarti pesannya masih perlu disederhanakan.

2. Konsistensi Identitas (Visual dan Verbal)

ilustrasi identitas
Ilustrasi dari Pixabay

Brand yang mudah dikenali biasanya punya ciri khas yang konsisten: dari tone of voice, warna, tipografi, hingga gaya visual konten.

Inkonsistensi kecil—misalnya warna yang berubah-ubah di setiap postingan, atau gaya bahasa yang terlalu variatif—dapat membuat audiens kesulitan membentuk asosiasi kuat dengan brand Anda.

Konsistensi menciptakan rasa familiar, dan rasa familiar akan kemudian membangun kepercayaan.

Solusinya? Buat brand guideline yang detail, tidak hanya soal logo dan warna, tapi juga nada bicara dan gaya komunikasi di tiap platform.

Lalu, jalankan dan ikuti guideline tersebut secara disiplin.

3. Relevansi dengan Audiens

Terkadang, brand terlalu fokus bicara tentang mereka sendiri dan lupa menyentuh apa yang penting serta relevan bagi audiens.

Padahal relevansi adalah jantung dari komunikasi yang bisa berdampak nyata.

Sebuah pesan bisa terlihat sangat indah dan kreatif, tapi akan gagal jika isinya tidak nyambung dengan konteks atau kebutuhan target pasar.

Ini terutama karena konsumen era modern sangat selektif terhadap informasi.

(Studi dari Edelman Trust Barometer menunjukkan bahwa 64% konsumen hanya akan berinteraksi dengan sebuah brand jika mereka merasa nilai-nilai brand tersebut selaras dengan nilai pribadi mereka.)

Untuk menjaga relevansi, Anda perlu rutin melakukan riset audiens—baik melalui survei, analisis komentar, atau data insight dari platform sosial media.

Sederhananya, coba “dengarkan”, bukan sekadar “berbicara”.

(Baca juga: Parasocial Branding, Hubungan “Satu Arah” Dalam Berbisnis)

4. Koneksi Emosional

audiens bisnis
Foto ilustrasi dari Pexels

Sebuah pesan yang menyentuh emosi audiens akan lebih mudah mencuri perhatian. Jadi, brand communication yang kuat harus bisa membangkitkan emosi: haru, bangga, tertawa, atau bahkan marah (dalam konteks positif).

Sebuah studi dari Psychology Today menunjukkan bahwa emosi memainkan peran utama dalam membentuk keputusan seorang konsumen dan loyalitas terhadap merek.

Kisah yang otentik, pengalaman nyata pelanggan, atau narasi perjalanan brand bisa melakukan hal ini, ketimbang pesan yang hanya berisikan promosi produk.

5. Kecocokan Kanal Komunikasi

Sebuah pesan bisa kehilangan dampaknya jika disampaikan melalui saluran yang tidak cocok.

Setiap platform memiliki karakteristik unik, misalnya: Instagram mengutamakan konten visual cepat tangkap, LinkedIn cocok untuk narasi profesional, dan TikTok menuntut pendekatan yang ringan serta interaktif.

Artinya, format pesan Anda harus disesuaikan dengan platform yang digunakan, bukan dipaksakan satu format untuk semuanya.

Jadi coba evaluasi saluran brand communication dan pesan Anda: apakah sudah tepat sasaran?

jasa sribu business
Ingin penjualan bisnis cepat naik? Sribuin Aja!

Penutup

Brand communication bukan soal seberapa sering nama brand terlihat atau seberapa lucu slogan Anda, tapi tentang efektivitas pesan Anda.

Ketika komunikasi brand mulai terasa hambar, saatnya evaluasi kembali ke lima aspek di atas: kejelasan, konsistensi, relevansi, emosi, dan platform pilihan.

Ingat, dalam dunia bisnis yang semakin padat dan bising, brand yang bisa “berbicara” dengan manusiawi dan bermakna adalah yang akan lebih mudah diingat oleh audiens.


Sebagai penutup, Anda yang tertarik ingin mulai beriklan online kini bisa memanfaatkan jasa dari Sribu Business sebagai solusi praktis.

Dengan harga layanan mulai dari Rp 3 Juta saja, tim profesional kami akan menangani iklan Anda mulai dari membuat konten, memulai kampanye, mengoptimasi, dan mengelolanya sesuai kebutuhan.

Untuk mempelajari lebih lengkap, silahkan hubungi tim support Sribu Business (WA)  atau langsung mengacu ke dokumen berikut.

Akhir kata, semoga pembahasan ini bermanfaat & sampai jumpa di artikel selanjutnya!

(Jangan lupa subscribe ke Blog Sribu dan follow akun Instagram Sribu supaya tidak ketinggalan informasi menarik lainnya terkait dunia digital marketing, SEO, dan tren pasar terkini.)

Raski Santika
Raski Santika adalah Blog Writer & Editor di Sribu. Melalui tulisannya, ia ingin menginspirasi, mengedukasi, serta membantu para pemilik usaha & talent freelancer digital Indonesia untuk terus berkembang serta mempelajari ilmu baru.