Setelah mendapatkan publisitas lebih dari 50 media, persoalan keuangan juga menjadi salah satu hal yang krusial bagi sebuah start-up karena umumnya start-up dimulai dengan pendanaan yang tidak besar.
Namun, di saat yang sama, sebuah start-up juga membutuhkan skill dari orang-orang dengan integritas tinggi yang dapat mengembangkan start-up dalam waktu yang lebih singkat.
Jadi, bagaimana caranya agar orang-orang tersebut mau bekerja untuk memajukan start-up yang sedang dirintis sedangkan dana yang dimiliki sangat terbatas?
Jawabannya adalah dengan mencari investasi. Dengan menggunakan dana investasi yang diberikan oleh investor, founder dapat merekrut pekerja professional sehingga dapat mengembangkan start-up dalam waktu yang lebih cepat.
Selain itu, dana yang didapatkan dari investasi yang diberikan investor juga dapat digunakan untuk kegiatan marketing dan juga pengembangan produk pada start-up yang Anda jalankan.
Mungkin Anda juga bertanya-tanya, “Apakah sebuah start-up harus mendapat funding (pendanaan) dari investor agar bisa sukses?”
Ada beberapa start-up yang memutuskan untuk bootstraping (menjalankan start-up dengan dana sendiri) hingga besar, sukses dan memiliki lebih dari ratusan ribu pelanggan seperti Envato 37Signals, Mailchimp dan juga start-up dari Indonesia yaitu Kaskus.
Empat start-up tersebut membuktikan bahwa bootstraping hingga perusahaan menjadi besar dan sukses memang bukan suatu hal yang mustahil dalam dunia start-up, tetapi tentu saja perkembangan bootstrapped start-up tidak akan secepat start-up yang mendapatkan investasi dari investor.
Start-up yang mendapatkan pendanaan dari investor tidak hanya mendapatkan uang saja, namun start-up tersebut juga akan mendapatkan bimbingan bisnis (founder akan mendapatkan partner untuk berkonsultasi masalah bisnis) dan juga koneksi dan relasi baru ke perusahaan atau brand yang lebih besar, yang memungkinkan founder untuk mengembangkan start-up lebih cepat lagi. (bootstrap start-up beresiko tidak memiliki koneksi bisnis yang luas dibandingkan start-up yang menerima investasi). Bagi first time founder kedua hal ini sangat berharga melebihi uang yang didapat.
Dengan banyaknya manfaat yang didapatkan dari investasi yang diterima dari investor, mendapatkannya tentu bukanlah hal yang mudah. Maka dari itu, Anda harus mengetahui hal apa saja yang menjadi pertimbangan investor dalam memberikan pendanaannya untuk start-up.
Berikut penjelasan dari Takahiro Suzuki, GM dari CyberAgent Venture Indonesia mengenai hal-hal yang diperhatikan investor saat mencari start-up untuk diberi investasi:
-
- Bagaimana layanan/produk dari start-up tersebut bisa menang di pasar lokal
-
- Potensi bisnis untuk berkembang dan menguasai pasar yang besar
-
- Originalitas bisnis
-
- Strategi dan skenario sukses yang logis
-
- Struktur pengelolaan manajemen bisnis dan strategi
- Founders dan anggota dari start-up
Jika sebagai founder, Anda dapat memenuhi enam hal yang dicari investor, tentu saja investasi yang Anda butuhkan bisa didapatkan. Malah investor yang akan mencari Anda. Sama seperti beberapa kisah sukses start-up lokal yang berhasil mendapatkan investasi dari investor seperti SCOOP, Tokopedia, BerryBenka dan juga Sribu.
Perjalanan Sribu untuk Mencari Investor Pertama (Seed Funding)
6 bulan setelah produk Sribu launching, pada Februari 2012, Sribu berhasil mendapatkan investasi pertama dari East Ventures yang berasal dari Singapura. Investasi ini berupa seed funding, artinya pendanaan tipe awal untuk membuktikan konsep crowdsourcing Sribu jalan di market Indonesia. Perjalanan untuk mencari investor pertama ini secara mengejutkan terasa mudah. East Ventures adalah investor pertama yang saya temui.
Dalam waktu 1 bulan setelah bertemu, kami langsung klop. Tidak lama, kami diberikan term sheet, valuasi (Apabila Anda ingin mengetahui cara untuk value/menilai start-up, terlampir caranya) sudah disetujui dan tanda tangan perjanjian.
Meskipun sebelum seal the deal saya sempat bertemu beberapa investor lainnya, namun hanya East Ventures yang didirikan oleh Willson Cuaca, Batara Eto, Chandra Tjan dan Taiga Matsuyama yang benar-benar serius tertarik dengan Sribu terutama dikarenakan konsep, market dan tim kami.
Meskipun mencari investor terkesan mudah, banyak pelajaran yang saya dapatkan dalam proses mendapatkan investasi pertama, karena mendapatkan investasi alias meyakinkan orang lain untuk menaruh uang mereka kepada kita tidaklah mudah.
30 Investor Pitching Menuju Series A Funding
Setelah Sribu berjalan 1 tahun dan mendapatkan traction yang cukup bagus, saya mulai mencari investor kembali untuk mendapatkan dana guna mengembangkan Sribu ke level selanjutnya. Saya sama sekali tidak menyangka apa yang akan saya lakukan 9 bulan ke depan ketika memutuskan untuk mencari investor kedua, it was a nightmare…
Selama 9 bulan tersebut, saya pitching ke lebih dari 30 investor. Baik investor baru dan lama, lokal dan non-lokal. Setiap hari saya membawa laptop dan berkeliling bertemu dengan satu investor dan lainnya, menjelaskan pitching deck yang sama berulang-ulang hingga hafal apa yang saya harus bicarakan untuk setiap slide. Menjawab pertanyaan yang sama, hingga saya merasa memiliki ‘cheat sheet’ yang telah tertanam di otak saya.
Biasanya 1 investor akan bertemu kurang lebih 3-4 kali sebelum mereka memberikan jawaban untuk melakukan investasi ke sebuah perusahaan atau tidak. Namun ada juga yang tidak memberikan jawaban pasti alias ‘menggantung’.
Karena saya single founder, maka biasanya saya hanya bisa secara parallel diskusi dengan 3 investor dan tidak lebih karena saya tetap harus menjalankan bisnis saya juga selain melakukan investor relation. Sudut pandang dan perspektif setiap investor berbeda dan oleh karena itu data dan presentasi yang kita sajikan juga perlu berbeda. Dari sinilah saya baru sadar bahwa investor relation is a full time job.
Ironisnya, dengan melakukan pitching ke lebih dari 30 investor, saya jadi mulai membeci kegiatan tersebut. Menurut saya saat itu, pitching ke investor adalah pekerjaan repetitif yang tidak produktif, (William Tanuwijaya, CEO Tokopedia juga membagikan pengalaman yang sama mengenai pitching dan fund-raising). Namun tentunya tanpa investor yang melakukan capital injection atau memasukan dana baru, perusahaan akan sulit berkembang.
Bagaimana rasanya ditolak banyak investor? Tentu saja sering merasa down, kadang saya juga meragukan produk saya sendiri. Apakah Sribu bukan produk menarik untuk investor atau kemampuan saya dalam meyakinkan mereka yang kurang? Banyak kebimbangan dan keputusasaan.
Setelah melewati banyak cobaan, tepat 2 tahun setelah investasi pertama dan 1 tahun ketika saya mulai mencari investor lagi, Sribu mendapatkan investasi Series A dari Infoteria pada Februari 2014. (saya bagikan juga list start-up yang mendapatkan funding di tahun 2014 di Indonesia).
Pina-san dari Infoteria dan saya.
Dari perjalanan mendapatkan pendaan kedua ini, ada 4 pelajaran yang saya dapat dan ingin saya bagikan kepada Anda untuk membantu mendapatkan investasi dari investor…
1. Growth
Tanpa trend pertumbuhan yang bagus di perusahaan, maka akan sulit untuk mendapatkan pendanaan di ronde berikutnya guna membawa perusahaan ke level selanjutnya karena perusahaan harus menarik baru akan dilirik oleh investor.
Oleh karena itu setelah mendapatkan pendanaan, sebagai perusahaan start-up harus langsung mulai menggenjot marketing mereka untuk meningkatkan traction (pertumbuhan).
Setiap perusahaan start-up diukur dari angka yang berbeda-beda, traffic, jumlah user, job posting atau sales. Semakin cepat dan tinggi growth Anda, semakin sexy perusahaan Anda di mata investor. Seperti kata Paul Graham dari Y-combinator, growth is everything.
2. Timing
Iklim perekonomian dan bisnis di setiap negara berbeda-beda. Di Amerika dimana jumlah investor sudah lebih banyak dan negara lebih stabil, maka bagi sebuah start-up akan jauh lebih mudah mendapatkan investasi.
Sementara di Indonesia, jumlah investor masih sangat terbatas dan juga ekosistem start-up masih sangat muda dan berkembang. Oleh karena itu timing untuk mencari investor juga ditentukan oleh apakah ekosistem tersebut sudah siap atau belum dan apakah negara tersebut sedang berkembang positif atau tidak.
Tentunya apabila semuanya positif, maka akan ada banyak dana yang melimpah di market dan kemungkinan investasi lebih tinggi.
3. Kecocokan dengan investor
Mindset (cara berpikir) saya dengan Pak Willson dari East Ventures dan Pina-san dari Infoteria sama. Kami semua mulai dari nol dan pelan-pelan mengembangkan perusahaan jadi besar.
Bagi kami apabila melakukan partnership, harus selalu win-win, kalau misal win bagi kami namun lose bagi pihak partner, kami memilih untuk tidak menjalankan partnership tersebut.
Fokus kami adalah global, setiap kali membuat produk harus produk yang dapat dipakai oleh orang banyak dan tidak terpaku untuk satu market saja. Oleh karena itu ketika berdiskusi dengan mereka, ada kesamaan dan kecocokan antara saya dan keduanya.
Itu yang membantu untuk mewujudkan kerja sama yang lebih jauh lagi berubah investasi dari East Ventures dan Infoteria.
4. Luck
Mungkin banyak orang yang tidak sadar, namun luck atau keberuntungan memiliki peranan yang besar. Infoteria sedang melakukan ekspansi bisnis mereka ke luar Jepang, dan saat itulah Infoteria bertemu Sribu.
Saya dikenalkan kepada Pina-san melalui salah satu teman Jepang saya. Semua itu terjadi dalam kurun waktu 3 bulan dan tanpa faktor luck, pertemuan pertama tidak akan terjadi.
Siapa saja investor yang tertarik dengan start-up di Asia?
Indonesia adalah negara berkembang yang didominasi oleh penduduk berumur di bawah 30. Penduduk Indonesia yang kini semakin berkembang (terbukti dari penduduk yang tech-savvy dan internet-savvy) memberikan harapan baru bagi berkembangnya bisnis di bidang teknologi dan internet sehingga tak heran jika banyak entrepreneur yang membangun start-up pada bidang tersebut.
Dengan melihat kondisi dan peluang seperti ini, maka tak heran jika ada beberapa investor yang tertarik untuk menginvestasikan uangnya melalui start-up di Indonesia. Berikut adalah 10 investor yang telah menginvestasikan uangnya di beberapa start-up di Indonesia:
1. Cyber Agent Ventures
Cyber Agent Ventures yang dipimpin oleh Takahiro Suzuki and Steven Vanada telah menginvestasikan uangnya melalui beberapa start-up Indonesia seperti Coda, Bilna, Touchten Studios, VIP Plaza, dan Tokopedia.
2. Mountain SEA Ventures
Sebastian Togelang dan Andy Zain adalah pendiri Mountain SEA Ventures, partner dari Mountain Partners yang berbasis di Zurich. Mountain SEA Ventures baru saja memiliki kantornya di Jakarta pada akhir 2013, namun sudah menginvestasikan uangannya ke beberapa start-up seperti Cek Aja, Qerja, Dealoka, dan YDigital.
3. GRUPARA Inc
Aryo Ariotedjo membangun Grupara Inc pada tahun 2011. GRUPARA Inc telah menjadi investment firm dan start-up incubator yang telah memberikan investasi di Gravira, dan di salah satu eCommerce pakaian pria, Maskool.in.
4. Ideosource
Ideosource dikepalai oleh beberapa entrepreneur, yaitu Andi S. Boediman, Sugiono Wiyono Sugialam, dan Edward Ismawan Chamdani. Ideosource menyediakan pendanaan untuk mendukung perusahaan agar bisa bekembang. Ideosource sudah memberikan investasinya pada Kark, Pasar Minggu, Saqina, Gimmie, Kelir TV, dan Touchten.
5. East Ventures
Dikepalai oleh Willson Cuaca, Batara Eto, Chandra Tjan, dan Taiga Matsuyama, East Ventures memberikan investasi pada pendanaan tahap awal yang berfokus pada consumer web dan mobile start-ups di Indonesia dan Singapura. Start-up yang sudah diinvestasikan oleh East Ventures adalah SCOOP, UrbanIndo, RedMart, Tokopedia, Tech In Asia dan Bilna.
6. Rebright Partners
Takeshi Ebihara menjalankan Rebright Partners dan berfokus pada start-up yang bergerak di bidang internet dan mobile start-ups di 6 kota besar di Asia Tenggara. Di Indonesia, Rebright Partners sudah menginvestasikan uangnya pada Qraved, iMoney,IndoTrading, dan Adskom.
7. GREE Ventures
GREE Ventures adalah investor yang berasal dari Jepang yang digerakkan oleh Yusuke Amano, Tatsuo Tsutsumi, dan Naoki Aoyagi. GREE telah menunjukkan ketertarikannya kepada start-up di Indonesia dengan memberikan investasi kepada Bukalapak, Berrybenka, and UrbanIndo. Investor lainnya yang berasal dari GREE juga memberikan pendanaan kepada start-up yang berbasis di Singapurs seperti Luxola dan juga PriceArea, yang akhirnya diakuisisi oleh Yello Mobile.
8. Fenox Venture Capital
Perusahaan yang dimulai dari Silicon Valley di 2011 sudah mulai mengembangkan perusahaannya. Fenox memberikan advokasi start-up untuk membantunya agar dapat berkembang lebih cepat. Fenox juga menghubungkan start-up untuk bekerja sama dengan perusahaan di Silicon Valey dan Jepang. Fenox sampai saat ini sudah mendanai Sidecar, ShareThis, Lark Technologies, Tech In Asia dan Bottlenose.
9. 500 Startups
Salah satu inkubator ternama, 500 Startups adalah Silicon Valley seed fund dan juga akselelator yang dibangun oleh alumni PayPal and Google. 500 Startups memberikan investasi kepada start-ups yang mengutamakan platform pencarian, sosial dan juga mobile. Di Indonesia sendiri, 500 Startups telah memberikan investasinya untuk Qraved, dan Bukalapak.
10. IMJ Investment Partners
Dalam mencari investor, IMJ memulai kegiatan investasinya pada start-up Jepang dan Amerika pada Januari 2012. Dengan kantornya di Jakarta, IMJ Investment Partners menyediakan investasi, bantuan pengembangan produk, business support to Internet, mobile, dan software start-ups di Indonesia. IMJ telah memberikan investasinya untuk UrbanIndo, iMoney, 8 Villages, Bukalapak, dan Klik-eat.
Mencari investor memang bukanlah hal yang mudah, namun Anda bisa memulainya dari mencari tahu sepuluh daftar investor yang saya bagikan di atas atau mencari investor lainnya. Persiapkan presentasi yang matang sebelum bertemu dengan investor berlangsung.
Setelah mencari investor, berikan presentasi yang memukau dan jangan pernah putus asa jika presentasi Anda belum memberikan hasil positif. Good luck!
“What doesn’t kill you makes you stronger” – Friedrich Nietzsche